Kedua profesor tersebut juga menyatakan bahwa kesempatan tim dari Indonesia yang dipimpin Ketua KP2-KKP Effendi Gazali, ahli seperti Bayu dan Ilham untuk bisa belajar perkembangan lobster di berbagai universitas di Australia merupakan sesuatu yang langka.
"Mereka sangat tekun berdiskusi dengan para ahlinya selama di sini. Ilmu mereka sekarang sudah setara. Semoga bisa dilakukan pemberdayaan dan latihan dengan nelayan-nelayan kecil juga," kata Jesmond Sammut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edhy mengaku siap menggenjot budidaya lobster untuk bisa dikembangkan lebih jauh lagi.
"Anda lihat sendiri bagaimana soal lobster ternyata kita bisa cukup besar, 100 kali dari apa yang pernah dilakukan oleh Vietnam, dan ini yang ngomong bukan kita, tapi ahlinya dari penelitinya di sini," ujar Edhy.
Edhy menyatakan tidak akan muluk-muluk untuk mengejar hingga 100 kali lipat. Menurutnya, jika industri lobster Indonesia ditingkatkan hingga dua kali lipat dari Vietnam saja sudah bagus.
"Saya mungkin tidak akan bicara 100 kalinya, tapi bagaimana jadi 1-2 kali saja itu sudah luar biasa. Karena kita sekarang sudah 5 tahun ini budidaya kita relatif kurang optimal. Ini akan kita optimalkan," jelas Edhy.
"Potensi budidaya kita ini baru 10% dan ini belum optimal. Kita optimalkan saja sudah banyak capaian bisa kita peroleh, apalagi kalau ditingkatkan sampai 25%," tutup Edhy.
![]() |
(ang/fdl)