Ekonom CORE Mohammad Faisal menjelaskan ada sejumlah dampak negatif jika pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat. Pertama adalah ancaman pengangguran.
"Pertumbuhan penduduk kita kan 1,4% ya, 1,5%. Berarti setiap tahun akan ada tambahan orang yang masuk ke pasar kerja. Kalau pertumbuhan ekonominya tidak cukup tinggi maka ini dikhawatirkan penciptaan lapangan pekerjaan juga tidak cukup banyak," kata dia saat dihubungi detikcom, Minggu (8/3/2020).
Apalagi menurutnya saat ini kecenderungan investasi di Indonesia masuk ke sektor padat modal yang serapan tenaga kerjanya lebih rendah ketimbang sektor padat karya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang melambat akan membuat Indonesia sulit meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan menjadi negara berpendapatan tinggi (high income). Saat ini Indonesia baru masuk ke negara dengan pendapatan menengah ke atas (upper-middle income) dari sebelumnya lower-middle income.
Dia menjelaskan untuk menjadi negara high income, Indonesia harus memiliki pendapatan per kapita sekitar US$ 12.000. Sementara saat ini posisinya masih di US$ 4.000. Untuk memacu itu perlu pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat.
"Jadi artinya kalau (ekonomi) kita hanya tumbuh segini saja, kita butuh berpuluh-puluh tahun, bisa jadi setengah abad lebih untuk mencapai (high income) itu," tambahnya.
Bisakah Indonesia berharap pada Omnibus Law? Jawabannya ada di halaman selanjutnya.
Simak Video "Video: Susahnya Cari Kerja di RI, 1 Juta Sarjana Masih Nganggur"
[Gambas:Video 20detik]