Pemerintah merancang insentif berupa diskon hingga 50% untuk tiket pesawat domestik ke 10 destinasi wisata pilihan. Hal ini dilakukan untuk memulihkan sektor pariwisata yang melemah dihantam virus corona.
Rencana awal insentif ini bisa berlaku sejak 1 Maret lalu, namun menurut pengakuan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto, insentif ini justru masih dibahas skemanya.
"Diskon mana nih? Diskon tiket domestik? Belum ya, masih dibahas terus," kata Novie ditemui di Hotel Shangri La, Jakarta Pusat, Selasa (10/3/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditanya apakah insentif ini mundur, Novie sendiri enggan bicara banyak. Dia cuma mengatakan tidak ada rencana postpone alias pengunduran. Hanya saja dia menyebut diskon ini masih dibahas.
"Nggak kok nggak ada rencana postpone dan sebagainya. Cuma masih dibahas ya," ungkap Novie.
Meski begitu Novie mengatakan sudah ada pihak maskapai yang menurunkan harga tiketnya. Meski ada juga yang belum melakukan penurunan harga.
"Ada sebagian yang sudah implementasi (menurunkan harga), ada yang belum," ujar Novie.
Insentif ini sendiri banyak dikritik, ekonom senior Faisal Basri misalnya. Dia menyebut seberapa murah pun harga pesawat tidak akan membuat masyarakat mau berpergian. Ketakutan akan tertular virus corona sudah terlampau besar.
"Orang nggak mau bepergian orang nggak mau ke tempat keramaian hotel restoran. Sekarang tempat keramaian malah didiskon. Pusing lah itu. Yang terpenting untuk menghadapi corona virus adalah bukan dengan diskon pesawat," kata Faisal ditemui di ITS Tower, Jakarta Selatan, Jumat (6/3/2020).
Pengusaha agen travel mengatakan hal yang sama, sejauh ini upaya insentif yang diberikan pemerintah justru kurang tepat. Menurut Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno, insentif hanya diberikan pada aspek pemasaran saja.
Sementara itu, menurut Pauline, dengan semakin luasnya wabah virus corona masyarakat akan tetap khawatir dan mengurungkan keinginannya untuk berpergian. Apalagi virus ini sudah sampai menjangkit warga negara Indonesia di sekitar Jakarta.
"Insentif pemerintah itu untuk marketing, sedangkan sekarang ini harga seberapa murah pun belum bisa membangkitkan minat orang untuk bepergian. Apalagi dengan adanya wabah CoVid19 di Jakarta semakin membuat khawatir," kata Pauline kepada detikcom, Rabu (4/3/2020).
(fdl/fdl)