Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor masker meningkat. Masker yang tergolong dalam barang berkode HS 63 jumlah ekspornya naik US$ 72 juta pada Februari 2020.
"Dan barang tekstil lainnya US$ 72 juta, itu komoditas masker masuk," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti dalam teleconference di kantor BPS, Jakarta, Senin (16/3/2020).
Sebagaimana diketahui salah satu BUMN, PT RNI (Persero) merupakan produsen masker. Lantas, apakah perusahaan pelat merah mengekspor masker?
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, perusahaan pelat merah mengekspor masker terakhir pada Januari. Setelah itu, ekspor dihentikan.
"Itu, Februari nggak ada ya, tapi kalau Januari memang terakhir dulu itu, itu pesanan sebelumnya, terakhir," kata Arya dalam pesan singkat, Senin (16/3/2020).
Baca juga: Ekspor Masker Melonjak Februari 2020 |
"Tapi setelah itu kan kita sudah minta sudah tidak ada lagi ekspor-ekspor, jadi memang yang kami ketahui itu Januari terakhir, kalau Februari sih nggak. Januari kita masih proses yang lama, pemesanan yang lama, dan sudah kita hentikan juga," sambung Arya.
Arya menambahkan, BUMN justru akan melakukan impor bahan baku. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu, BUMN juga akan mengimpor barang jadi.
"BUMN akan melakukan impor bahan baku masker untuk dibuat jadi masker, ini oleh anak perusahaannya RNI, tapi di samping itu beberapa BUMN kita juga melakukan impor masker dari luar negeri, ini untuk memenuhi kebutuhan juga. Jadi ada dua yang kita lakukan, yang pertama adalah impor bahan baku masker berasal dari India dan Cina. Satu lagi, impor masker," tutupnya.
(acd/hns)