Melansir dari CNN Business, S&P Global juga mengeluarkan catatan yang mengatakan AS sedang dalam proses memasuki resesi, atau sudah memasuki resesi. Hal ini dibuktikan S&P global berdasarkan PDB di AS turun 1% pada kuartal pertama, dan sebesar 6% pada kuartal kedua.
Kepala Ekonom S&P Global, Paul Gruenwald mengungkapkan, pembatasan interaksi antar orang ke orang di Eropa dan Amerika Serikat menyebabkan anjloknya permintaan yang membuat aktivitas ekonomi terjun bebas pada kuartal kedua.
"Eropa dan Amerika Serikat mengikuti jalur yang sama, karena meningkatnya pembatasan interaksi orang ke orang menyebabkan turunnya permintaan yang akan membuat aktivitas turun tajam pada kuartal kedua sebelum pemulihan dimulai akhir tahun ini," jelas Paul, dilansir dari CNN Business.
"China memprediksi bahwa pencabutan pembatasan interaksi antar orang ke orang bisa diundur karena melihat masih banyak korban terjangkit virus corona," tambah Paul.
S&P juga mengungkapkan, dampak social distancing berpengaruh pada pengurangan belanja konsumen, bersama dengan larangan perjalanan dan jatuhnya harga minyak memukul investasi di sektor energi negara.
"Ironisnya, pengeluaran konsumen, yang dulunya penyelamat ekonomi AS. sekarang menjadi biang keladinya," kata Beth Ann Bovino, kepala ekonom AS di S&P Global.
Dow Jones Industrial Index mengalami penurunan terburuk sepanjang sejarah hampir 3.000 poin, menurut data pada Senin (16/03/2020). AS diperkirakan akan kehilangan 1 juta pekerjaan pada April ini, yang akan lebih buruk dari pada kehilangan pekerjaan paling curam selama bulan Great Recession 10 tahun lalu.
(hns/hns)