Nasib Pramugari hingga Pilot di Tengah Badai Corona

Nasib Pramugari hingga Pilot di Tengah Badai Corona

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 30 Mar 2020 06:30 WIB
seri foto pramugari
Ilustrasi Foto: Molly Choma

Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman menilai selama negara-negara lain masih terkena virus corona, industri penerbangan Indonesia tidak benar-benar pulih.

"Selama negara-negara lain masih terkena wabah juga, akan sulit untuk bisa memprediksi kapan wabah ini akan selesai," ujar Gerry kepada detikcom, Minggu (29/3/2020).

Sebelumnya, banyak ilmuwan yang memprediksi puncak corona di Indonesia ada pada akhir April-Mei 2020. Namun untuk membuat dampaknya menurun setelah puncaknya terjadi juga dinilai membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

"Untuk wabahnya menurun hingga tidak membahayakan, juga akan memakan waktu setelah puncak wabahnya tercapai," ucapnya.

Hal serupa juga dikatakan oleh Pengamat Penerbangan Alvin Lie. Berkaca dari China, walaupun virus corona sudah mereda dampak perekonomiannya belum pulih 100% karena negara-negara lain masih terdampak.

"(Bisa pulih) itu sampai kondisi darurat corona ini bisa diatasi bukan hanya di Indonesia tapi seluruh dunia. Kita melihat seperti China walaupun sudah mampu mengatasi (corona) tapi kegiatan ekonomi, kegiatan sosialnya belum pulih," katanya.


Ketua Umum Asosiasi maskapai Indonesia atau Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Denon Prawiraatmadja meminta keringanan dengan menunda Pajak Penghasilan (PPh) badan.

"Tentu kita meminta relaksasi di sisi lain contohnya perpajakan. Sehingga kalau kita mendapat tunda bayar akan membantu perusahaan untuk bisa mengalokasikan dana cadangan tersebut untuk menunjang kegiatan yang tidak mendapatkan revenue ini," ujar Denon kepada detikcom, Minggu (29/3/2020).

Selain itu, pihaknya juga meminta diskon pembiayaan di kegiatan bandar udara seperti biaya bahan bakar, navigasi, hingga biaya parkir.

"Kita sebagai maskapai diimbau untuk menurunkan penerbangan, otomatis kan pada parkir. Parkirnya kan nggak bisa parkir di luar airport, harus di dalam airport. Bagaimana perlakuan parkir itu apakah berbayar, kalau berbayar udah nggak boleh terbang masa disuruh bayar. Fairness biaya-biaya airport termasuk navigation service dan sebagainya, termasuk biaya-biaya pertamina yang kita coba propose ke pemerintah," sebutnya.

Jika tidak ada respons positif yang cepat dari pemerintah, Denon memastikan akan terjadi tindakan yang tidak diinginkan seperti PHK karyawan sebagai upaya penyelamatan perusahaan.



Simak Video "Video Cerita Unik Pramugari Bertugas saat Ramadan: Sahur di Surabaya, Buka di Arab"
[Gambas:Video 20detik]

(ang/ang)

Hide Ads