Virus corona memberikan dampak bagi mereka yang mencari nafkah. Mulai dari pegawai swasta, pekerja buruh, terlebih pekerja di sektor informal.
Banyak perusahaan yang telah merumahkan karyawannya tanpa digaji, bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena sudah tidak sanggup untuk menghidupi karyawan tersebut.
Pekerja sektor informal pun ikut terimbas karena sudah tidak bisa berjualan. Sekalinya jualan pun pendapatan berkurang karena minimnya aktivitas masyarakat sejak diimbau untuk di rumah aja imbas virus corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, bagaimana nasib pegawai yang terdampak tersebut? Berikut rangkuman detikcom, Jumat (3/4/2020).
1. Karyawan Katering Dirumahkan dan Tak Digaji
Dewan Penasehat Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI) Diana Dewi mengungkap karyawan katering mulai dirumahkan imbas pandemi virus corona (Covid-19). Saat ini sudah tidak ada order sama sekali karena ditundanya pernikahan atau resepsi pernikahan.
"Sangat luar biasa. Kita bisnis katering itu sudah turun (orderan). Kalau untuk yang pesta pernikahan sudah 100%. Tidak ada order, semuanya dibatalkan pernikahan," kata dia saat dihubungi detikcom, Minggu (29/3/2020).
2. Driver Online Hanya Dapat Rp 30.000/Hari
Salah satu ojol yang beroperasi di wilayah Jakarta Selatan, Eko (31) mengaku pendapatannya anjlok hingga 80% karena sepi penumpang. Ia biasanya bisa dapat pesanan lebih dari 30 perjalanan dalam satu hari, kini hanyalah 5 perjalanan sejak banyak orang yang bekerja dari rumah. Dua pekan terakhir ini, ia yang biasanya dapat memperoleh Rp 200.000/hari, kini hanya Rp 20.000-30.000/hari.
"Untuk order penurunan sangat drastis, Terutama order antar penumpang. Pendapatan saya jauh berkurang bisa sampai 80%. Sekarang bisa saja Rp 50.000 tapi harus keluar subuh, pulang larut malam. Banyak di antara kami yang dapat hanya Rp 20.000-Rp 30.000," ungkap Eko kepada detikcom, Selasa (31/3/2020).
Detikcom juga menghubungi seorang driver taksi online yang beroperasi di wilayah Cibubur. Inisialnya MS (50). Ia pun hanya bisa memperoleh pendapatan sekitar Rp 15.000-Rp 20.000/hari saking sepinya orderan. Padahal, ia sudah mencari pesanan selama 10 jam per hari.
"Pendapatan jauh. Sekarang Rp 20.000 sudah untung. Padahal saya stand by itu pukul 13.00 WIB sampai 22.00 WIB. Kadang lebih, 10 jam saya di luar," urainya kepada detikcom melalui sambungan telepon.
3. Banyak Warung Tutup dan Sepi Pembeli
Di hari biasa, Pasar Senggol di Tegal tidak pernah sepi pengunjung. Namun sejak Pemkot menerapkan isolasi wilayah, pengunjung warung ini turun drastis. Berangsur-angsur, mereka memilih tutup karena sepi pembeli.
Ada delapan warung yang ada di Pasar Senggol ini. Makanan yang dijajakan hampir sama, yakni soto, lengko, sayur asem dan makanan lain. Meski lokasi warung berimpitan, namun semuanya laris diserbu pembeli.
Semenjak Pemkot menerapkan isolasi wilayah, pengunjung warung ini turun drastis. Berangsur angsur, mereka memilih tutup karena sepi pembeli.
Rastin mengaku sebelum ada isolasi wilayah, pendapatan warungnya Rp 600.000-Rp 700.000/hari. Dengan kondisi Kota Tegal seperti ini, pendapatan hanya Rp 50.000/hari.
"Itu pun kalau milik. Hari ini sama sekali belum ada pembeli," keluh Rastin ditemui Kamis (2/4/2020) siang di warungnya.
4. Penjual Handphone Tak Ada Pembeli
Virus corona membuat orang membatasi aktivitasnya di luar, termasuk ke mal. Akibat sepinya pengunjung, penjualan di toko-toko tersebut juga mengalami penurunan.
"Hari ini kosong banget, saking sepinya nggak ada yang kejual," ujar salah satu pedagang, Mariska saat berbincang dengan detikcom di Mall Ambassador, Senin (16/3/2020).
(eds/eds)