Menurut Iwantono stimulus sebesar Rp 405,1 triliun jumlah ini harusnya lebih fokus untuk menjalankan skenario tegas. Jangan terbagi-bagi secara tidak efektif. Bagaimana dengan pemulihan ekonomi? Tentu pemulihan ekonomi harus dilakukan, tetapi itu langkah berikutnya. Angka Rp 405,1 triliun itu tidak besar disbanding negara lain.
"Saya ambil contoh angka stimulus di beberapa negara, misalnya saja Australia yang jumlah penduduknya lebih sedikit, tetapi anggaran stimulusnya adalah A$ 189 miliar sekitar Rp. 1.852,2 triliun (kurs Rp. 9800 per A$), atau rata-rata perkapita Rp 72,2 Juta, Kanada, anggaran stimulusnya sebesar US$138 miliar sekitar Rp 2.208 triliun (kurs Rp 16.000 per US$) atau rata-rata perkapita Rp 58,45 Juta, sedangkan Italy mengeluarkan anggaran stimulus sebesar S$ 54,4 miliar yakni sekitar Rp 450 triliun (kurs Rp 11.400 per S$) atau rata-rata perkapita Rp 7,43 Juta. Indonesia Rp 405,1 triliun atau rata-rata Rp 1,51 juta perkapita. Dari angka stimulus Rp 405,1 triliun Indonesia untuk kesehatan adalah Rp 75 Triliun atau sekitar 18%," papar Iwantono
Sepanjang virus corona tidak dihentikan, ekonomi sampai kapanpun tidak akan membaik, malah semakin parah. Baiknya kita menderita sebentar, daripada menderita berkepanjangan. Terus dari mana dananya? Menurut Iwantono pertama restrukturisasi APBN, pengeluaran yang kurang penting ditangguhkan dulu seperti pembangunan infrastruktur, apalagi anggaran untuk pindah ibu kota lupakan dulu itu.
Kalau masih tidak cukup ya ngutang, mau apa lagi, walaupun ngutang juga tidak gampang. Bunganya juga lebih tinggi, utang kita sudah tinggi, dan negara-negara lain juga memerlukan likuiditas.
"Kalau kita tidak segera mengkarantina daerah-daerah epicentrum seperti Jakarta ini, dan beberapa epicentrum lain, bagaimana jika propinsi lain yang sekarang jumlah terinfeksi masih relative kecil berpola sama dengan Jakarta, tidak terbayang mau seperti apa Indonesia. Semua itu perlu dana," tuturnya.
Simak Video "Video: Polisi Lampung Kawal Pemudik Sepeda Motor di Malam Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(hns/hns)