Ekonom senior sekaligus mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di tengah hantaman pandemi COVID-19. Namun diperkirakan pertumbuhannya paling mentok cuma 2,2% imbas merebaknya virus Corona.
Hal itu berdasarkan simulasi jika dampak yang diakibatkan pandemi COVID-19 bersifat sedang. Sementara dampak ringan dirasa sudah tidak memungkinkan. Berdasarkan skenario tersebut maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi 2,8% dari angka dasar (baseline) 5%
"Dalam skenario ini, ekonomi Indonesia akan terpukul minus 2,8% dari baseline. Jadi jika (asumsi) pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 adalah 5%, kita hanya bisa tumbuh sebesar 2,2% dalam skenario sedang," kata dia dalam diskusi online melalui saluran YouTube, Senin (13/4/2020).
Namun jika ternyata dampak yang dialami Indonesia adalah yang paling besar maka pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi 4,7% dari baseline 5%.
"Dampak besarnya, ekonomi Indonesia akan menurun sebesar 4,7% sehingga dari 5% menjadi hanya 0,3%," ujarnya.
Kondisi tersebut disebabkan terganggunya rantai pasokan global (global supply chain) imbas virus Corona, terutama yang diproduksi oleh China. Dampaknya terasa signifikan bagi Indonesia karena cukup bergantung oleh pasokan barang dari Negeri Tirai Bambu.
"Jika Anda melihat komputer, elektronik, dan produk optik, 30% dari China, Anda tahu pangsa ekspor global berasal dari China. Jadi jika China terpengaruh, rantai pasokan global juga akan terganggu," tambahnya.
Simak Video "Di Depan Para Bupati, Jokowi Bandingkan Inflasi RI dengan Argentina-Turki"
[Gambas:Video 20detik]
(toy/ang)