Apa yang Disiapkan Pemerintah Buat Halau Dampak Musim Kemarau?

Apa yang Disiapkan Pemerintah Buat Halau Dampak Musim Kemarau?

Soraya Novika - detikFinance
Jumat, 08 Mei 2020 12:51 WIB
Hamparan sawah terlihat kering di Kawasan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (23/8/2019).
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Tak lama lagi Indonesia memasuki musim kemarau. Musim kemarau kali ini disebut-sebut akan menjadi musim kemarau terkering dibanding tahun-tahun sebelumnya. Setidaknya hal itulah yang sempat disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat mengadakan rapat terbatas beberapa hari lalu.

"Berdasarkan prediksi dari BMKG, 30 persen wilayah-wilayah yang masuk zona musim ke depan akan mengalami kemarau yang lebih kering dari biasanya. Oleh sebab itu, antisipasi, mitigasi harus betul-betul disiapkan sehingga ketersediaan dan stabilitas harga bahan pangan tidak terganggu," kata Jokowi dalam rapat terbatas lewat konferensi video, Selasa (5/5/) lalu.

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi. Tak hanya menjadi musim kemarau terkering namun juga disebut sebagai musim kemarau terpanjang yang pernah ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kekeringan ini dari ramalan BMKG itu kan mulai dari Mei-Agustus atau September lah, ini katanya kekeringan terpanjang, bukan berarti intensitasnya terbesar tapi kekeringan terpanjang," ujar Agung kepada detikcom, Jumat (8/5/2020).

Lalu, apa saja yang sudah dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk mengatasi dampak kekeringan tersebut?

ADVERTISEMENT

Menurut Agung, Kementeriannya sudah mengupayakan beberapa upaya demi mengantisipasi dampak musim kemarau tersebut salah satunya ialah dengan percepatan tanam.

"Jadi bagi sawah yang baru panen langsung tanam nih supaya ga ketinggalan air, kalau lambat-lambat nanti kekurangan air jadi kita sudah petakan kita percepatan tanam," ungkapnya.

Selain itu, pihaknya juga telah berupaya mengembangkan pengembangan infrastruktur air hingga mempercepat penyediaan barang produksi.

"Kemudian pengembangan infrastruktur air ini juga kita lakukan itu di antaranya pengembangan tanggul penahan longsor dan sebagainya kita intensifkan lah termasuk penyediaan barang produksi kita percepat, benih, pupuk, pompa air kita percepat," tambahnya.

Di sisi lain, Kementan juga berupaya mendorong masyarakat mulai mengkonsumsi pangan lokal agar tak tergantung pada pangan impor.

"Kita mencoba mendorong masyarakat Indonesia mengkonsumsi pangan lokal tidak mengandalkan impor, kalau makan buah jangan buah impor lah, makan sayur jangan sayur impor lah, sehingga lokal ini akan berjaya," sambungnya.

Terakhir memfasilitasi program family farming yang tujuannya selain untuk menggerakkan ekonomi juga tentunya untuk menjadikan setiap penduduk mampu menyediakan pangannya sendiri.

"Lalu ada program family farming, pekarangan pangan, kenapa itu kita lakukan, sekarang kita tau pandemi COVID-19 ini banyak orang nganggur, orang gabisa pulang kampung nganggur, oleh karena itu untuk mengurangi itu kita kasih aktivitas, aktivitasnya adalah family farming, pemanfaatan pekarangan pangan, kita berikan bantuan modal untuk mereka menggerakkan ekonomi, paling tidak mereka mampu menyediakan pangannya untuk dirinya," timpalnya.

Agung optimis bila seluruh upaya itu berjalan mulus maka stok pangan di Indonesia akan aman sampai Februari 2021 mendatang.

"Dengan langkah-langkah tadi Insyaallah kita aman sampai Desember bahkan Februari (2021) kalau ini semua berjalan sesuai dengan yang kita harapkan," pungkasnya.



Simak Video "Video: BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau di RI: Juni-Agustus 2025"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads