Angka inflasi periode April tercatat 0,08% secara bulanan dan 2,67% secara tahunan. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,1%.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengungkapkan rendahnya angka inflasi ini disebabkan kondisi yang tidak biasa akibat pandemi COVID-19.
Ryan menyebut periode Mei inflasi bisa lebih rendah dibandingkan periode April. "Bulan lalu banyak situasi tidak biasa. Ada 51 kota deflasi dan 39 kota terjadi inflasi. Pada Mei ini inflasi diprediksi lebih rendah bahkan bisa deflasi, mayoritas kota akan mengalami inflasi negatif," ujar Ryan dalam diskusi virtual, Senin (18/5/2020).
Dia mengungkapkan rendahnya inflasi ini bukan berarti kabar baik untuk Indonesia. Pasalnya, inflasi rendah mencerminkan rendahnya konsumsi rumah tangga. Penyebabnya adalah menurunnya penghasilan masyarakat hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Akibat pemberlakuan PSBB tersebut, mobilitas orang, barang dan transportasi pun menjadi terganggu. Kondisi inilah yang disinyalir membuat konsumsi rumah tangga menurun.
Menurut dia hal ini harus diberi perhatian lebih. Sebab kontribusi konsumsi rumah tangga ke PDB saat ini semakin membesar. Jika konsumsi turun maka bisa dipastikan PDB juga akan anjlok. Kondisi ini pun bisa menjangkiti sektor lain.
"Ketika konsumsi rumah tangga mengalami penurunan yang dalam, pasti total PDB anjlok itu sudah terjadi ke negara kita. Dampaknya tunggu aja ke sektor lain terutama ke sektor keuangan dan perbankan," jelasnya.
Simak Video "Momen Jokowi Ngetes Kepala Puskesmas Kepanjangan PSBB"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/fdl)