Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyambut baik instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta jajaran menterinya mengidentifikasi destinasi wisata di wilayah yang aman dari COVID-19.
Wakil Ketua Umum PHRI, Maulana Yusran mengatakan rencana pembukaan wisata destinasi memberikan dampak terhadap pengoperasian hotel dan restoran di wilayah tersebut.
"Saya rasa semua bisnis sudah siap beroperasi, karena masalah tekanan ekonomi ini makin lama makin dalam," kata Yusran saat dihubungi detikcom, Jakarta, Kamis (28/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yusran menyebut jika pembukaan destinasi wisata diundur terus, maka dampak terhadap bisnis perhotelan dan restoran pun semakin besar. Sebab, sektor ini lah yang pertama kali terkena dampak dari Corona.
"Kalau tidak segera dioperasikan, bulan Juni ini kita sudah redup semua. Karena bagaimanapun dalam kondisi tutup kita tetap mengeluarkan biaya," tegasnya.
Meski demikian, Yusran mengungkapkan pengoperasian hotel dan restoran di lokasi destinasi wisata sesuai dengan protokol kesehatan. Bahkan PHRI sedang menyusun standar operasional prosedur (SOP) kesehatan yang akan diterapkan di hotel dan restoran.
"Nanti tanggal 1 Juni sudah selesai semuanya. SOP yang kita buat sifatnya minimum standar, kalau ada yang mau ningkatin lagi silahkan lebih baik," ungkapnya.
Sementara itu, CEO & Founder Rhadana Hotels Rainier H Daulay mengatakan pihaknya siap mengoperasikan usahanya untuk mendukung kegiatan destinasi wisata. Namun demikian, butuh beberapa stimulus pemerintah dalam mengoperasikan hotel dan restoran di era new normal.
"Karena perlu biaya, modal kerja, karena sudah tutup antara 2-3 bulan. Sementara itu kami tetap keluarkan biaya perawatan," ujarnya.
Rainier mengungkapkan bantuan yang dibutuhkan pengusaha hotel dan restoran adalah kemudahan mendapat kredit modal kerja dari perbankan dengan bunga yang rendah, serta kemudahan pemberian surat izin bagi masyarakat yang ingin berwisata.
"Diiringi dengan beroperasinya transportasi dengan menerapkan protokol kesehatan," ungkap dia.
(hek/eds)