Kisah Sedih Ritel di AS: Tutup Gara-gara Corona, Kini Malah Dijarah

Kisah Sedih Ritel di AS: Tutup Gara-gara Corona, Kini Malah Dijarah

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 02 Jun 2020 07:32 WIB
A man holds a U.S. flag upside down, a sign of distress, as protesters march down the street during a solidarity rally for George Floyd, Sunday, May 31, 2020, in the Brooklyn borough of New York. Protests were held throughout the city over the death of Floyd, a black man in police custody in Minneapolis who died after being restrained by police officers on Memorial Day. (AP Photo/Wong Maye-E)
Ilustrasi/Foto: AP Photo/Wong Maye-E

Dampak Ekonomi Masif

Ekonom PermataBank Josua Pardede menjelaskan kerusuhan yang terjadi saat ini belum menimbulkan sentimen tertentu di pasar saham Asia. Menurut dia, hal ini tercermin dari pergerakan harga yang masih mengalami penguatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak berbeda dengan kondisi kerusuhan di negara lainnya, apabila protes dan kerusuhan ini hanya berlangsung maksimal satu minggu, dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan cenderung terbatas," kata Josua saat dihubungi detikcom, Senin (1/6/2020).

Namun akan berbeda cerita jika protes ini berlangsung selama satu bulan yang akan berdampak pada perekonomian secara masif. Menurut Josua kondisi tersebut berpotensi mendorong kontraksi perekonomian AS menjadi lebih dalam seiring dengan dampak pandemi COVID-19 yang berdampak pada perekonomian.

ADVERTISEMENT

Saat ini nilai tukar dolar AS masih tertutupi sentimen ketegangan dagang yang kembali meningkat antara Paman Sam dan China akibat berkurangnya pasokan produk impor. Jika ketegangan dagang antara AS dan China kembali meningkat maka dapat berpotensi mendorong risk off sentimen di pasar keuangan dan negara berkembang.

"Meskipun demikian, dampaknya ke harga minyak cenderung marginal di tengah ekspektasi perlambatan ekonomi global akibat pandemi COVID-19," jelasnya.

Josua menambahkan dampak dari kerusuhan di AS apabila hanya berlangsung sementara maka dampaknya pada Indonesia cenderung marginal dan justru berpotensi berdampak positif jika investasi dan perusahaan-perusahaan AS direlokasi ke Indonesia, sekiranya tensi dagang antara AS dan China masih meningkat.



Simak Video "Video: Cerita Korban Selamat Tornado Dahsyat AS: Pemandangan Menakutkan"
[Gambas:Video 20detik]

(kil/ara)

Hide Ads