Tumben Inflasi Kala Lebaran Rendah Banget, Ada Masalah Daya Beli?

Tumben Inflasi Kala Lebaran Rendah Banget, Ada Masalah Daya Beli?

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 03 Jun 2020 08:30 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya inflasi 0,55% di Juni 2019. Penyumbang inflasi terbesar adalah naiknya harga makanan di selama Lebaran.
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada bulan Mei 2020 sebesar 0,07%. Angka ini tercatat sangat rendah jika dibandingkan bulan ramadhan di tahun-tahun sebelumnya.

Sebagai perbandingan, inflasi pada Idul Fitri tahun lalu misalnya mencapai 0,55%. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan inflasi Idul Fitri tahun ini yang cuma 0,07%.

"Kita semua menyadari situasi tidak biasa karena COVID dan banyak kejadian yang membuat pola inflasi ramadhan ini tidak sangat biasa berbeda jauh pada tahun sebelumnya," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Selasa (2/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya permintaan meningkat sehingga inflasi tinggi, tapi tahun ini tidak terjadi. Akibatnya inflasi tahunannya juga rendah cuma 2,19% dibandingkan inflasi tahun lalu yang 2,67%" lanjutnya.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi Mei 0,07% dipengaruhi oleh transportasi dan diikuti kelompok kesehatan. Sementara kelompok makanan dan minuman serta tembakau menyumbang deflasi 0,32%.

ADVERTISEMENT

"Makanan minuman dan tembakau deflasi 0,32%, andilnya 0,08%. Cabai merah sumbangannya deflasi 0,07%, kemudian telor ayam ras sumbangannya 0,06%, bawang putih andilnya 0,05%, cabai rawit 0,03%, bawang bombai dan gula pasir masing-masing 0,01%" kata Suhariyanto.

"Ada juga komoditas yang meningkat sehingga sumbangan ke inflasi, bawang merah memberikan sumbangan 0,06%, daging ayam ras andilnya 0,03% ke inflasi, dan daging sapi dan rokok kretek filter masing-masing andilnya 0,01%" tambahnya.

Tekno

BPS juga mencatat inflasi sebesar 0,07% pada Mei 2020 menjadi paling rendah sejak Lebaran tahun 1978. Biasanya, inflasi edisi hari raya Idul Fitri setiap tahunnya cukup tinggi karena terjadi permintaan yang banyak.

Direktur Statistik Harga BPS, Nurul Hasanudin menyebut inflasi Lebaran pada tahun 1978 jatuh pada bulan September, di mana angkanya deflasi 1,19%. Sedangkan tahun-tahun selanjutnya dalam angka yang lebih tinggi dari 0,07%.

"Dalam kondisi normal bahwa inflasi tinggi setiap mau Lebaran kan," ujarnya.

BPS sendiri mencatat, gambaran umum inflasi di berbagai negara saat ini memang cenderung rendah. Ini menunjukkan inflasi di berbagai negara alami perlambatan, bahkan banyak yang deflasi.

Ekonomi di berbagai negara masih diliputi ketidakpastian, di mana masing-masing negara masih mengupayakan keselamatan warganya dengan upaya agar ekonomi tetap berjalan.


Hide Ads