Menanggapi itu, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri mengatakan itu terjadi karena adanya pembatasan penumpang di dalam kereta. Pihaknya tidak berani menaikkan kapasitas penumpang terlalu banyak sehingga saat ini hanya 74 orang per gerbong.
"Kita memang tidak berani menaikkan kapasitas yang sedemikian tinggi. Banyak yang meminta menaikkan tapi kami diskusi dengan para pakar bahwa risiko untuk di perkeretaan ini cukup tinggi khususnya ada yang berdiri di dalamnya," kata Budi melalui telekonferensi, Jumat (12/6/2020).
Oleh karena itu, solusi lain yang dilakukan adalah menambah jam operasi menjadi pukul 04.00 WIB sampai 21.00 WIB. Dari yang sebelumnya terbatas pukul 06.00 WIB sampai 18.00 WIB.
"Jadi menambah jam operasi dari jam 04.00 WIB sampai (9) malam," ucapnya.
Dengan adanya perpanjangan jam operasi, maka jumlah perjalanan KRL juga ditambah dari yang sebelumnya hanya 740 perjalanan kereta per hari menjadi 940 perjalanan kereta per hari.
Selain itu, KRL juga akan bekerja sama dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) untuk mengangkut penumpang agar bisa mengatasi kerumunan di stasiun yang sering padat.
'Secara paralel me-shifting menggunakan bus bantuan. Ini sudah dibantu oleh teman-teman dari BPTJ bagaimana kita bisa mengatasi di stasiun-stasiun yang memang sibuk khususnya yang cukup bermasalah itu di (stasiun) Bogor dan beberapa stasiun di antaranya," imbuhnya.
(dna/dna)