Pandemi COVID-19 menyebabkan ketidakpastian. Bahkan di tengah relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ada ancaman pandemi virus Corona gelombang kedua (second wave).
Adanya ketidakpastian tersebut, akan lebih untung investasi emas atau dolar Amerika Serikat (AS)?
"Kalau kondisi ketidakpastian ini cenderung meningkat ya biasanya orang akan ke emas atau ke dolar Amerika ya. Tapi kalau kita lihat di bulan Maret yang lalu penguatan dolar Amerika Serikat itu cenderung lebih dominan dibandingkan emas," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi detikcom, Kamis (18/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika berkaca pada masa awal pandemi COVID-19 di Maret lalu, dia menjelaskan penguatan nilai tukar dolar AS lebih tinggi dibandingkan emas. Bahkan menurutnya harga emas sempat turun.
"Karena dalam kondisi ketidakpastian yang cukup tinggi untuk kondisi COVID ini memang cenderung investor global lebih prefer untuk pegang dolar Amerika ketimbang pegang emas. Makanya kan di bulan Maret itu dolar menguat sendirian tetapi harga emas, saham, dan obligasi turun semua," jelasnya.
Ketidakpastian saat ini menurutnya tidak separah Maret. Tapi jika kondisi serupa terulang maka dolar AS akan lebih menjadi incaran ketimbang emas.
"Kondisinya saya pikir tidak akan seperti di bulan Maret yang lalu ya, itu terjadi panic selling di pasar keuangan global sehingga membuat dolar Amerika-nya sangat kuat pada saat itu, karena investor yang punya obligasi, yang punya saham, yang punya emas jual semuanya, lebih prefer pegang dolar Amerika," tambahnya.
(toy/eds)