Bentuk dukungan lainnya yang diharapkan dari pemerintah adalah pendekatan kepada negara-negara lain yang sekiranya dapat memberikan investasi yang dapat menciptakan proyek padat karya untuk mengembangkan industri dalam negeri.
"Kami juga berharap ada hubungan pemerintah dengan negara lain menerapkan FDI (Foreign Direct Investment) dari negara manapun sekiranya yang dapat menciptakan proyek padat karya. Itu yang kita harapkan," urai Nicolas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tempat terpisah, Ketua ARFI, Stephanus Koeswandi menjelaskan, selama pandemi, demand atau permintaan produk baja ringan dan atap baja menurun drastis. Kondisi ini tentunya diharapkan tidak sampai terganggu dengan masuknya produk baja ringan dari luar negeri. Untuk itu pemerintah diharapkan dapat membantu melindungi pengusaha nasional dengan memberi ruang lebih luas melalui proyek-proyek pembangunan yang sebelumnya sempat terhenti dan akan digerakkan kembali saat new normal diberlakukan.
"Kalau protokol kesehatan dari gugus tugas covid yang sudah diberlakukan sudah sangat baik. Tapi tentu saat ini kejadiannya bukan hanya masalah kesehatan saja. Tapi kami di industri baja ringan juga mengalami demand shock. Karena itu kami harap kalau bisa swasta atau perusahaan-perusahan nasional yang tergabung di ARFI ini bisa ikut berperan serta dalam proyek-proyek pemulihan. Seperti proyek pembangunan rumah sakit atau proyek strategis lainnya agar demand yang sudah sedikit ini tidak dinikmati perusahaan asing dan proyek-proyek ini juga dijaga agar TKDN-nya (Tingkat Komponen Dalam Negeri) sesuai dengan apa yang telah ditetapkan pemerintah," urainya.
(kil/fdl)