Dampak pandemi Corona (COVID-19) membuat berbagai negara dibayangi krisis ekonomi global, termasuk Australia. Pertumbuhan ekonomi berantakan dan dapat memicu resesi.
Australia sendiri sebenarnya telah sukses besar dalam menghentikan pandemi. Dengan lebih dari 100 kematian, sempat memberikan pukulan besar terhadap tiga pendorong pertumbuhan utama yakni pariwisata, pendidikan, dan imigrasi.
Fiona Gulin yang berusia 18 tahun ketika resesi terakhir menghantam Australia pada awal 1990-an, bercerita bahwa saat itu ia berhasil mempertahankan pekerjaan paruh waktu di sebuah publikasi musik, sebelum beralih ke pekerjaan penuh waktu dan karier yang menggiurkan di industri hiburan. Namun kali ini dia tidak beruntung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sangat terpukul dalam resesi ini," kata Gulin, yang diberhentikan pada bulan April sebagai Direktur Pemasaran Stadion ANZ di Sydney, dilansir Reuters, Senin (29/6/2020).
Baca juga: Bursa Asia Kompak Merosot, Sentimen Apa? |
Gulin adalah satu di antara ratusan ribu yang kehilangan mata pencaharian mereka karena pandemi COVID-19. Kini Australia menderita resesi pertama dalam 30 tahun dan tingkat pengangguran mencapai level tertinggi yakni 7,1%.
Meskipun ekonomi Australia adalah yang pertama dibuka saat lockdown di berbagai dunia, ia mengalami kontraksi 0,3% pada kuartal I-2020.
Tingkat pengangguran untuk wanita yang mencari pekerjaan penuh waktu melonjak menjadi 8,3% pada Mei, dari 5,4% pada Februari. Sedangkan pria 7% dari 4,8% pada Februari.
"Australia dikenal sebagai negara yang beruntung tetapi saya tidak terlalu beruntung saat ini. Saya telah berbicara dengan beberapa orang tentang beberapa peluang tetapi belum ada yang muncul," kata Gulin.
(fdl/fdl)