3 Saran Ekonom ke Pemerintah buat Kurangi Utang

3 Saran Ekonom ke Pemerintah buat Kurangi Utang

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 29 Jun 2020 20:30 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Foto: Rachman Haryanto

2. Mengurangi Bunga Utang

Kemudian, ekonom senior lainnya Dradjad Wibowo mengatakan bahwa yield atau bunga yang ditawarkan Indonesia untuk berutang terlalu besar. Dia menilai harusnya bunga yang ditawarkan seminim mungkin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dradjad pun membandingkan tawaran yield utang Indonesia dengan Filipina. Dia menjabarkan yield utang Filipina lebih rendah 1,4%.

"Biaya utang kita itu mahal, ini terjadi barusan pada tanggal 28 April 2020 Bendahara Nasional Filipina umumkan dia baru saja terbitkan dana obligasi dolar pemerintah US$ 2,35 miliar, komposisinya US$ 1 miliar 10 tahun, sisanya 25 tahun. Kita fokus yang 1 tahun saja, itu kuponnya hanya 2,457% kurang dari 2,5%," ungkap Dradjad.

ADVERTISEMENT

"Bandingkan dengan yang baru diterbitkan pemerintah beberapa hari sebelumnya, tenor 10,5 tahun yield-nya 3,9%. Indonesia 3,9%, Filipina di bawah 2,5%. Jadi kita 1,4% lebih mahal," lanjutnya.

3. Gunakan Intelijen dan Teknologi

Dradjad juga mengatakan, untuk berhenti berutang, pemerintah disarankan untuk menaikkan pajak dan penerimaan penerimaan negara. Memang akan sulit di masa pandemi seperti ini, tapi menurutnya masih banyak sumber pajak yang belum tergali.

Dia menyebutkan salah satu caranya adalah dengan melibatkan intelijen dan teknologi untuk menelusuri pajak yang belum dibayarkan. Dia bercerita pernah melakukan hal itu di Badan Intelijen Negara dan berhasil menarik pajak Rp 400 miliar dalam 30 menit.

"Sebenarnya di tengah ini adalagi, yaitu dengan usahakan sumber penerimaan tidak tergali, saya lakukan ketika memimpin satu unit di BIN. Kita lakukan operasi intelijen kita gunakan teknologi. Cuma saya nggak bisa detil karena kode etik, tapi kita temukan sumber yang nggak bisa digali waktu itu, dalam 30 menit itu orang berkomitmen bayar Rp 400 miliar," kisah Dradjad.

Dia menyatakan masih banyak cara kreatif lainnya untuk menekan bertambahnya utang negara. Dengan teknologi dan intelijen saja, menurutnya bisa menarik ratusan triliun pemasukan negara yang sebelumnya belum bisa diambil.

"Yang mau saya katakan bahwa banyak langkah non konvensional termasuk kegiatan intelijen dan teknologi untuk tambahkan dana stabilitas fiskal. Saya nggak katakan itu solusi 100%, tapi kalau hasilkan beberapa ratus triliun itu optimis di situ tinggal diidentifikasi aja," ujar Dradja.


(fdl/fdl)

Hide Ads