Banyak Bangku Kosong, Pengusaha Bus Turunkan Harga Tiket

Banyak Bangku Kosong, Pengusaha Bus Turunkan Harga Tiket

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 30 Jun 2020 12:45 WIB
Memasuki PSBB transisi terminal Kalideres belum dibuka untuk bus antar kota antar provinsi. Calon penumpang pun terpaksa gigit jari.
Ilustrasi/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Pengusaha otobus kembali menurunkan harga tiket demi menarik penumpang. Pasalnya, meski kapasitas maksimal bus dinaikkan menjadi 70%, belum banyak penumpang yang mau naik bus.

Sebelumnya, para pengusaha bus menaikkan harga tiket, khususnya pada bus non-ekonomi hingga 50%. Hal itu dilakukan karena kapasitas bus yang diperbolehkan maksimal 50%.

"Kalau bicara bus AKAP teman-teman melakukan upaya untuk kembali ke harga normal walaupun kapasitas maksimal 70%. Toh itu juga nggak tau bisa penuh 70% atau nggak. Jadi kan kemarin kita naikkan 50% kita turunin lagi lah sekarang," ujar Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan kepada detikcom, Selasa (30/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mencontohkan, tarif yang tadinya dinaikkan hingga Rp 350 ribu kini diturunkan menjadi Rp 200 ribu. Dia berharap dengan penurunan tarif bisa menarik masyarakat untuk naik bus lagi.

"Kemarin kan selama kapasitas cuma boleh 50% kita naikkan, tiket harga Rp 170 ribu misalnya jadi Rp 350 ribu. Sekarang, kita turunin sedikit jadi Rp 200 ribu, kita harapkan masyarakat mau naik bus lagi," ungkap pria yang akrab disapa Sani.

ADVERTISEMENT

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Sani menyatakan tarif bus baru bisa diturunkan sekarang karena pihaknya baru bisa bernegosiasi dengan pihak pembiayaan terkait restrukturisasi pinjaman.

"Kenapa bisa begitu? Karena kita bisa negosiasi dengan orang pembiayaan, jadi kita bisa bayar bunga aja, atau dapat restrukturisasi. Artinya dari sisi kewajiban sudah turun jadi kita balikkan tarif untuk narik penumpang," jelas Sani.

Sani juga mengatakan saat ini kebanyakan masyarakat masih enggan naik bus, khususnya untuk ke luar kota. Salah satu masalahnya adalah syarat wajib tes negatif Corona untuk berpergian ke luar kota, minimal dengan melakukan rapid test.

Akibatnya, meski kapasitas maksimal sudah dinaikkan hingga 70%. Okupansi bus masih minim, dia memperkirakan rata-rata okupansi bus antarkota cuma 30%.

"Hari ini PO khususnya yang di Jawa, kalau dari Jakarta baru operasi 30-40%. Itu pun rata-rata 20-30% kapasitas bangku itu 34-36 orang. Coba dihitung aja berapa itu, kurang dari segitu juga sering," papar Sani.



Simak Video "Harga Tiket Bus di Puncak Arus Mudik Meroket 100 Persen"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads