Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan buka suara mengomentari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang marah besar. Seperti diketahui, Jokowi marah besar garap-gara pencairan anggaran insentif untuk tenaga kesehatan lambat.
Bayangkan saja, dari total anggaran Rp 75 triliun, baru 1,53% yang cair. Nah, ada 5 hal menarik di balik kemarahan Jokowi dalam tulisan Dahlan Iskan. Apa saja?
1. Gaya marah Jokowi sangat Jawa
"Marah di podium. Dalam bentuk ceramah. Atau arahan. Bukan marah di meja rapat. Mungkin karena beliau seorang presiden. Yang memerankan diri sebagai chairman. Bukan seorang CEO perusahaan," tutur Dahlan Iskan lewat artikel berjudul Marah Besar yang ditulisnya dalam disway.id, dikutip Selasa (30/6/2020).
2. Peran menteri koordinator (Menko) sebagai CEO
Menurut Dahlan Mungkin presiden berharap para Menko-lah yang menjadi CEO di kemenko mereka masing-masing.
"Tapi menko tidak mungkin bisa menjadi CEO. Menko itu, seperti juga namanya, hanya bersifat koordinator. Bukan pengambil keputusan.Entahlah kalau pembagian tugas yang sekarang sudah berubah: menko boleh mengambil putusan," tutur Dahlan.
Sepanjang keputusan masih tetap di tangan menteri, peranan menko sangat terbatas. Ia bisa memanggil para menteri. Memarahi mereka. Tapi marah saja tidak cukup. Yang ambil keputusan tetap menteri. Yang ambil langkah tetap jajaran di kementerian.
Dengan demikian efektif tidaknya seorang menko lebih tergantung pada wibawa pribadi sang menko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
3. Kondisi yang dihadapi sudah keterlaluan
Dahlan menilai orang halus seperti Pak Jokowi marah besar berarti keadaan sudah keterlaluan. Misalnya soal anggaran kesehatan itu yang baru terpakai 1 persen, padahal anggaran kesehatan Rp 75 triliun.
"Saya berdoa semoga angka yang masuk ke presiden itu salah. Kalau angka 1 persen itu benar memang keterlaluan. Berarti program di situ tidak jalan sama sekali. Padahal ini sudah bulan Juli, atau punya alasan justru karena ini masih awal Juli?," tutur Dahlan.
Untuk poin 4 dan 5, langsung klik halaman selanjutnya.