Presiden Joko Widodo (Jokowi) membandingkan kondisi krisis yang terjadi saat ini dengan krisis ekonomi di 1998. Menurutnya krisis saat ini lebih berat karena semua sisi terganggu.
Hal itu dipaparkan Jokowi saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah yang disiarkan secara virtual, Kamis (9/7/2020).
Jokowi awalnya kembali menjabarkan mengenai bahayanya pandemi COVID-19 yang merembet ke ekonomi. Menurutnya perlu perlu langkah yang tepat untuk menjaga keduanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sisi kesehatan yang sangat penting, sisi ekonomi juga yang sangat penting. Dua-duanya tidak bisa dilepas satu dengan yang lain. Prioritas kesehatan tapi ekonomi juga harus jalan," ujarnya.
Menurutnya pemerintah tidak bisa hanya fokus pada bidang kesehatan dan melupakan sisi ekonomi. Sebab jika perekonomian masyarakat menurut, imunitas masyarakat juga bisa terganggu lantaran tak bisa memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
"Karena kalau ekonomi tidak jalan, kesejahteraan masyarakat menurun, imunitas juga akan ikut turun, penyakit gampang masuk. Oleh sebab itu betul-betul gas dan remnya ini betul-betul dikendalikan bener. Jangan sampai yang digas ekonomi saja tapi COVID-nya meningkat. Hati-hati, dua-duanya harus dikendalikan dengan baik," terangnya.
Jokowi pun membandingkan krisis ekonomi yang terjadi di 1998 dengan krisis ekonomi saat ini. Saat 1998 tidak semua sektor terhantam, dan UMKM pun bisa menjadi penyelamat ekonomi RI. Sementara saat ini seluruh sektor terganggu, bahkan UMKM terdampak paling parah. Sebab aktivitas masyarakat terbatasi.
"Karena ekonomi sekarang ini yang rusak bukan hanya urusan sisi keuangan saja seperti 1998. (Sekarang) Demand-nya rusak terganggu, supply-nya rusak terganggu, produksinya juga rusak terganggu. Hati-hati ini harus semuanya mengerti dan paham mengenai ini," ujarnya.