Gegara Corona, Utang Perusahaan di Seluruh Dunia Capai Rp 14.000 T

Gegara Corona, Utang Perusahaan di Seluruh Dunia Capai Rp 14.000 T

Soraya Novika - detikFinance
Senin, 13 Jul 2020 08:38 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan hingga menembus rekornya selama satu tahun belakangan ini. Nilai tukar rupiah tembus level Rp 9.849/US$, pada Senin (27/5/2013) kemarin. file/detikfoto
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Sejak diserang pandemi virus Corona (COVID-19), total utang yang diajukan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia akan mencapai US$ 1 triliun setara Rp 14.000 triliun (kurs Rp 14.000/US$) hingga akhir 2020 mendatang. Demikian menurut sebuah studi penelitian baru terhadap 900 perusahaan terkemuka dikutip dari Reuters, Senin (13/7/2020).

Peningkatan total utang tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Setidaknya telah terjadi lonjakan hingga 12% jumlah utang atau sekitar US$ 9,3 triliun dari total utang perusahaan sebelumnya.

Padahal, tahun sebelumnya, total utang perusahaan di seluruh dunia sudah mengalami kenaikan tajam hingga 8% didorong aksi merger dan akuisisi oleh perusahaan-perusahaan yang meminjam untuk mendanai pembelian kembali saham dan dividen. Akan tetapi, lonjakan utang tahun ini alasannya berbeda yakni demi menopang keuangan perusahaan akibat terdampak COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"COVID-19 telah mengubah segalanya. Sekarang ini alasan utang karena ingin menjaga modal dan membangun neraca (keuangan)," ujar Manajer Portofolio di Janus Henderson (perusahaan yang menyusun analisis untuk indeks utang perusahaan) Seth Meyer dikutip dari Reuters, Senin (13/7/2020).

Salah satu instrumen utang yang diajukan perusahaan-perusahaan tersebut ialah melalui pasar obligasi hingga mencapai US$ 384 miliar antara Januari dan Mei. Meyer memperkirakan penerbitan utang dari perusahaan telah mencapai rekor baru beberapa minggu terakhir ini.

ADVERTISEMENT

Akibatnya, pasar utang telah ditutup untuk semuanya kecuali perusahaan-perusahaan yang paling terpercaya sejak bulan Maret lalu. Tetapi kemudian dibuka lebar-lebar lagi oleh program pembelian utang perusahaan darurat dari bank-bank sentral seperti Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa dan Bank Jepang.

Dari total 900 perusahaan tadi, perusahaan-perusahaan AS berutang hampir setengahnya dari total utang yang tercatat atau mencapai US$ 3,9 triliun. Bahkan, peningkatan utangnya adalah yang tercepat dalam 5 tahun terakhir.

Setelah AS, Jerman berada di urutan kedua dengan total utang mencapai US$ 762 miliar. Adapun perusahaan Jerman yang berutang paling besar di sana adalah Volkswagen dengan total utang US$ 192 miliar.

Sebaliknya, seperempat perusahaan dalam indeks tersebut, tidak memiliki utang sama sekali, bahkan beberapa memiliki cadangan uang tunai yang besar. Cadangan uang tunai terbesar dipegang oleh Alphabet, pemilik Google yang cadangannya mencapai US$ 104 miliar.




(fdl/fdl)

Hide Ads