Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto buka suara terkait kabar hengkangnya Shell Upstream Overseas Ltd dari Lapangan Abadi, Blok Masela, Maluku. Dwi mengatakan, hal itu belum tentu terjadi karena tergantung dari hitung-hitungan keekonomian yang dilakukan Shell.
Di proyek ini, Shell menggenggam hak partisipasi (participating interest/PI) 35% sementara Inpex Corporation 65%.
"Kan belum tentu semuanya tergantung hitung-hitungan keekonomian," katanya di Gedung DPR Jakarta, Senin (13/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi menjelaskan, pelepasan PI tergantung kebijakan investasi Shell. Menurutnya, jika ada yang mengambil PI tersebut bukanlah sebuah masalah.
"Jadi divestasi PI-nya Shell sangat tergantung nanti pasti hitung-hitungan keekonomiannya. Apapun, kita punya barang saja misalnya, ada yang bisa beli mahal why not kan gitu dan itu sebenarnya sesuatu hal yang biasa aja bahwa orang punya PI. Seperti Medco punya mau dijual, punya ini dijual," jelasnya.
Ia menekankan, terpenting proyek Lapangan Abadi tetap jalan. Maka itu, pihaknya terus berkomunikasi dengan Inpex yang berkomitmen memimpin proyek tersebut. Tambahnya, proyek ini akan mulai produksi pada tahun 2027.
"Yang penting proyek ini tetap jalan terus makanya bagi kami di SKK karena komunikasi dengan Inpex, komitmen Inpex untuk terus memimpin siapapun konsorsiumnya untuk proyek bisa jalan," ujarnya.
"Target onstream 2027 ini usaha kami," imbuhnya.
Baca juga: 7 Permintaan DPR di Rapat Bareng SKK Migas |
(acd/eds)