5 Tanda Resesi yang Jadi Lampu Kuning buat Indonesia

5 Tanda Resesi yang Jadi Lampu Kuning buat Indonesia

Tim detikcom - detikFinance
Rabu, 15 Jul 2020 19:05 WIB
resesi ekonomi
Foto: Luthfy Syahban/Tim Infografis
Jakarta -

Indonesia menjadi negara yang tak luput dari ancaman resesi lantaran serangan virus corona (COVID-19) yang telah menjadi pandemi. Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menjadi pendorong utama terbatasnya pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

Singapura yang melakukan lockdown telah merasakan akibatnya. Negara tetangga tersebut mengalami resesi setelah ekonominya minus dalam dua kuartal berturut-turut.

Berikut lima tanda yang menjadi lampu kuning buat Indonesia mengenai ancaman resesi:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Pendapatan Turun

Menurut Menurut Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, tanda resesi di depan mata yang mudah dirasakan adalah menurunnya pendapatan masyarakat.

"Secara umum banyak sekali pendapatan masyarakat yang memang turun drastis dan belum pulih. Nah kondisi yang belum pulih ini ditandai oleh apa? misalnya mereka sekarang masih susah mendapatkan lapangan pekerjaan baru, itu yang jelas," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (15/7/2020).

ADVERTISEMENT

BPS sendiri mencatat ada 70,53% responden dengan tingkat pendapatan Rp 1,8 juta per bulan mengalami penurunan pendapatan sejak pandemi COVID-19.

Selain masyarakat dengan pendapatan 1,8 juta per bulan, penurunan pendapatan juga dirasakan oleh 30,3% responden bergaji tinggi di atas Rp 7,2 juta per bulan. Namun demikian, dampak COVID-19 memang lebih dalam ke masyarakat berpendapatan rendah.

2. Banyak PHK

Lalu yang kedua adalah laju pemutusan hubungan kerja (PHK) masih berlanjut, serta belum adanya kepastian kapan pekerja yang dirumahkan bisa mulai kembali bekerja.

"Itu tanda-tandanya tuh. Artinya kan begini, kalau yang belum bekerja, pabriknya itu belum ada peningkatan produksi, belum normal. Artinya mereka belum masuk ke pabrik, masih dirumahkan. Yang PHK-nya juga sama, malah bertambah," kata Tauhid.

Seperti diketahui, sejak pandemi terjadi sudah ada jutaan tenaga kerja di dalam negeri yang mengalami PHK. Hal ini belum lagi termasuk tenaga kerja yang dirumahkan.

3. Bansos terus-menerus

Lalu indikasi yang ketiga adalah bantuan soslal (bansos) kepada masyarakat masih terus berlanjut.

"Yang kemudian dirasakan masyarakat juga adalah bantuan sosial itu masih relatif diberikan. jadi selama masih ada bantuan sosial berarti kita ekonominya masih rendah lah," jelasnya.

Pemerintah sendiri sampai saat ini memutuskan untuk memperpanjang penyaluran bansos dan bantuan lainnya sampai Desember 2020. Keputusan itu diambil dengan pertimbangan belum berakhirnya pandemi virus Corona di Indonesia.

Pemerintah akan memberikan bansos lagi hingga Desember tapi hanya separuhnya saja dari periode yang sebelumnya.

4. Daya Beli Turun

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menuturkan, tanda-tanda Indonesia mendekati ancaman resesi lainnya adalah menurunnya daya beli masyarakat.

"Kalau masyarakat menengah ke bawah, resesi itu bisa jadi ditandai dengan pendapatan yang semakin berkurang, dan kemudian mereka harus menggunakan tabungan untuk misalnya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nah itu menurut saya salah satu indikasi kuat bahwa daya beli masyarakat sedang berkurang," jelasnya.

5. Kelas Menengah Rem Belanja

Kelas menengah ke atas tanda-tandanya agak berbeda. Mereka cenderung menahan pengeluaran untuk investasi dan memilih menyimpannya.

"Nah dari dua indikasi ini, dari dua kelas masyarakat berbeda ini sebenarnya ada memang kecenderungan ke sana bahwa Indonesia perlu waspada terhadap masuknya ke jurang resesi," kata Rendy.


Hide Ads