Pencairan gaji ke-13 dianggap memiliki efek terhadap perekonomian nasional, apalagi di tengah pandemi Corona. Selama ini banyak penghasilan masyarakat yang menurun akibat diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Untuk menahan turunnya tingkat konsumsi, gaji ke-13 dianggap bisa menolong meskipun terbatas pada aparatur sipil negara (ASN) alias PNS saja.
Pencairan gaji ke-13 dinilai membuat pendapatan UMKM tidak seret lagi. Sebab, gaji ke-13 biasanya digunakan untuk memenuhi biaya tahun ajaran sekolah. Dengan begitu dana tersebut akan berputar dan menyelamatkan pendapatan UMKM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad mengatakan pencairan gaji ke-13 untuk PNS mampu meningkatkan daya beli masyarakat serta menggerakkan roda perekonomian kelas bawah. Sebab, pemanfaatan gaji ke-13 ini untuk memenuhi biaya tahun ajaran baru sekolah.
Baca juga: Bu Sri Mulyani, Gaji ke-13 Kapan Cair Ya? |
"Saya kira daya beli jadi tambah tinggi, konsumsinya yang akan meningkat non makanan dan UMKM yang non UMKM akan bergerak," kata Tauhid saat dihubungi detikcom, Jakarta, Jumat (17/7/2020).
Kontributor perekonomian nasional ditopang oleh tingkat konsumsi rumah tangga alias daya beli masyarakat. Di masa pandemi Corona, pemerintah juga sudah mengalokasikan anggaran perlindungan sosial sebesar Rp 203,90 triliun.
Anggaran tersebut ditujukan untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah penurunan pendapatan akibat COVID-19. Total anggaran yang mencapai Rp 203,09 triliun ini untuk program keluarga harapan (PKH) sebesar Rp 37,40 triliun, Kartu Sembako Rp 43,60 triliun.
Selanjutnya, bantuan sosial (bansos) sembako untuk wilayah Jabodetabek Rp 6,80 triliun, bansos non Jabodetabek Rp 32,40 triliun, Kartu Pra Kejra Rp 20 triliun, diskon listrik Rp 6,90 triliun, logistik berupa pangan atau sembako Rp 25 triliun, dan bantuan langsung tunai (BLT) dana desa Rp 31,80 triliun.
Simak Video "Video Istana: Gaji ke-13 & THR ASN Bukan Bagian Efisiensi, Akan Dibayarkan"
[Gambas:Video 20detik]