Pemerintah Australia akan memperbarui kebijakan ekonomi dan fiskal pada 23 Juli mendatang. Hal ini dilakukan pertama kalinya sejak virus Corona mewabah dan dilakukan untuk mengarahkan penurunan ekonomi yang terjadi selama hampir tiga dekade.
Menteri Keuangan Australia, Mathias Cormann mengatakan keputusan itu dibuat setelah melakukan pertemuan dengan pembuat kebijakan global yakni para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara G20. Pihaknya akan membuat kebijakan yang memberikan dampak fiskal sebesar US$ 39 miliar atau setara Rp 569,4 triliun (kurs Rp 14.600).
"Krisis virus Corona telah menghantam ekonomi kita dengan keras, dan itu memukul anggaran kita dengan keras," kata dia dilansir CNBC, Senin (20/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Ekonom Westpac, Bill Evans mengatakan kebijakan itu akan menunjukkan perkiraan ekonomi pemerintah untuk dua tahun fiskal berikutnya. Kemungkinan defisit tahun ini senilai US$ 95 miliar atau setara Rp 1.387 triliun atau 4,8% dari produk domestik bruto (PDB).
"Kami memperkirakan defisit US$ 95 miliar, 4,8% dari PDB untuk 2019-2020. Perusahaan memperkirakan defisit anggaran pada 2020-2021 sebesar US$ 240 miliar dan berlanjut US$ 150 miliar pada 2021-2022," ucapnya.
"Kekhawatiran tentang gelombang kedua pasti akan mendorong pemerintah untuk mengkonfirmasi serangkaian inisiatif kebijakan yang akan memperpanjang sikap stimulasi meskipun akan ada angin segar dari stimulus itu," tambah Evans.
(ara/ara)