Masyarakat Jepang paling banyak mengonsumsi pisang dibandingkan buah-buahan lainnya. Oleh sebab itu, Indonesia punya peluang besar untuk menggenjot ekspornya ke Jepang, begitu juga dengan buah nanas. Apalagi Indonesia kini punya perjanjian dagang dengan Jepang yakni Indonesia-Jepang Economic Partnership Agreement (IJEPA).
Dengan IJEPA, pisang dan nanas yang diekspor ke Jepang tak akan dipungut bea masuk. Menurut Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Sulistyawati, kesempatan ini jadi peluang besar bagi pengusaha Indonesia untuk terus menggenjot volume ekspornya.
"Kuota yang ditetapkan itu pisang segar sebanyak 1.000 metrik ton per tahun dan nanas segar 300 metrik ton per tahun. Ini adalah peluang yang bisa dimanfaatkan," kata Sulistyawati dalam webinar Japan-Indonesia Market Access yan digelar oleh ITPC Jepang dan Kemendag, Selasa (21/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ada beberapa spesifikasi bagi pisang dan nanas yang telah ditetapkan oleh otoritas Jepang dan harus disesuaikan pengusaha untuk sukses masuk ke pasar. Misalnya untuk nanas, berat maksimal per buahnya ialah 900 gram.
"Tapi memang secara teknis ada beberapa spesifikasi yang mungkin berapa ukurannya, dan sebagainya. Jadi kita diberikan kuota (ekspor) tapi juga harus memenuhi spesifikasi yang ada," ujar dia.
Tak hanya pisang dan nanas, produk sayur-sayuran Indonesia juga punya potensi untuk terus digenjot ekspornya. Pasalnya, produk hortikultura yang paling tinggi diimpor oleh Jepang ialah sayur-sayuran.
Tren impor produk hortikultura Jepang tercatat terus meningkat. Pada tahun 2015, nilai impor sayuran di Jepang US$ 5,05 miliar. Lalu, pada tahun 2019 meningkat menjadi US$ 5,79 miliar.
Sayangnya, produk hortikultura di Jepang didominasi oleh impor dari China, Filipina, dan Amerika Serikat (AS). Sementara, Indonesia berada pada urutan ke-20 sebagai negara yang mengekspor produk hortikultura ke Jepang. Melihat kondisi tersebut, ia berharap pengusaha Indonesia bisa terus memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan ekspor produk hortikultura.
"Indonesia memang perlu bergerak lebih cepat untuk dapat menguasai ekspor hortikultura di Jepang. Ini perlu didukung (para eksportir) untuk bisa berakselerasi dengan cepat dalam menguasai pasar tersebut," tandas dia.
(fdl/fdl)