Jakarta -
Pandemi virus Corona telah memberikan pukulan besar terhadap sektor transportasi di pelabuhan. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah membuat para perusahaan di sektor ini kehilangan pendapatan.
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) termasuk perusahaan yang ikut meringis dengan adanya wabah COVID-19. Berstatus sebagai BUMN tak membuat perusahaan ini kebal.
"Menangis," ujar singkat Direktur Utama ASDP Indonesia Ferry Ira Puspadewi saat berbincang dengan detikcom, Kamis (23/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ASDP Indonesia Ferry saat ini tengah fokus membenahi pelayanan penyeberangan yang semrawut di pelabuhan. Digitalisasi ticketing dipilih menjadi cara untuk membenahi permasalahan itu.
Digitalisasi itu mulai berbuah kesuksesan di awal tahun. Pada Januari 2020 laba ASDP naik 107% dibandingkan Januari 2019. Pada Februari 2020 laba ASDP pun naik 220% dibandingkan Februari 2019. Dalam waktu 2 bulan saja ASDP sudah mengantongi 25% dari target laba 2020.
"Jadi pada Januari dan Februari itu kami sudah mencapai 25% dari target laba 2020, bayangkan baru 2 bulan. Tapi ternyata Maret terjadilah ini," tambahnya.
Sejak COVID-19 masuk ke Indonesia di Maret 2020, laba ASDP terus turun. Penerapan PSBB menutup semua aktivitas penyeberangan dan membuat perusahaan mengalami kerugian.
Menurut Ira secara rata-rata untuk seluruh aspek dari 35 pelabuhan yang dikelola ASDP turun 50%. Beruntungnya ASDP terselamatkan oleh bisnis logistiknya meskipun tetap turun 26%.
"Kita beruntung yang menyelamatkan kita adalah logistik. Walaupun turun juga karena banyak pabrik yang tutup dan konsumsi turun juga," tambahnya.
Nafas ASDP terselamatkan dengan masih diperbolehkannya pengiriman logistik. Selain itu ternyata kas perusahaan cukup besar untuk menghidupi seluruh karyawannya selama 1 tahun lebih.
"Kami buat stress test, kita prediksi kalau kita nggak dapat uang sampai akhir tahun sama sekali, maka kita bisa bertahan hidup sampai pertengahan Juni 2021. Itu dari uang sendiri. Tapi itu nggak sehat juga kan, untungnya masih ada pemasukan dari logistik," kata Ira.
Meskipun selama Maret, April dan Mei 2020 ASDP mengalami kerugian, pada Juni 2020 perusahaan mulai mencetak laba secara bulanan. Hal itu seiring dengan dibukanya kembali pelayanan penyeberangan dalam era New Normal. Namun perusahaan tetap merevisi target labanya tahun ini
"Kan Januari, Februari, Maret masih bagus, tapi Mei kita sudah rugi, kita rugi Rp 40 miliar. Juni kita untung Rp 320 juta. Untuk target kita induk saja Rp 35 miliar, itu revisi target. Sudah bagus masih bisa untung," tambahnya.
Untungnya, ASDP Indonesia Ferry terbilang perusahaan yang sehat. Dengan kas yang masih besar perusahaan hingga saat ini belum melakukan pengurangan karyawan. Bahkan bonus-bonus karyawan tetap dicairkan termasuk bonus bantuan pendidikan. Perusahaan lebih memilih efisiensi di hal-hal kecil seperti tak lagi berlangganan surat kabar.
"Alhamdulillah sampai saat ini belum ada PHK. Bahkan untuk bonus tetap kita bayarkan, nggak ada yang kita kurangi. Selain THR kita juga ada tunjangan pendidikan setiap tahun ajaran baru. Ya mendingan kita efisiensi yang lain sampai hal yang terkecil seperti tidak lagi langganan koran, makanan kita sederhanakan, tapi yang penting pendidikan anak-anak karyawan terjaga," terang Ira.
Meski begitu, Ira melihat COVID-19 memberikan berkah tersendiri bagi ASDP. Rencana perusahaan membiasakan pembelian tiket secara digital menjadi lebih cepat. Para penumpang kapal sekarang mau tidak mau akan beli tiket penyebrangan melalui digital.
"Jadi dengan adanya COVID-19 ini terjadi akselerasi di digitalisasi ticketing," tutupnya.