Nafas ASDP terselamatkan dengan masih diperbolehkannya pengiriman logistik. Selain itu ternyata kas perusahaan cukup besar untuk menghidupi seluruh karyawannya selama 1 tahun lebih.
"Kami buat stress test, kita prediksi kalau kita nggak dapat uang sampai akhir tahun sama sekali, maka kita bisa bertahan hidup sampai pertengahan Juni 2021. Itu dari uang sendiri. Tapi itu nggak sehat juga kan, untungnya masih ada pemasukan dari logistik," kata Ira.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun selama Maret, April dan Mei 2020 ASDP mengalami kerugian, pada Juni 2020 perusahaan mulai mencetak laba secara bulanan. Hal itu seiring dengan dibukanya kembali pelayanan penyeberangan dalam era New Normal. Namun perusahaan tetap merevisi target labanya tahun ini
"Kan Januari, Februari, Maret masih bagus, tapi Mei kita sudah rugi, kita rugi Rp 40 miliar. Juni kita untung Rp 320 juta. Untuk target kita induk saja Rp 35 miliar, itu revisi target. Sudah bagus masih bisa untung," tambahnya.
Untungnya, ASDP Indonesia Ferry terbilang perusahaan yang sehat. Dengan kas yang masih besar perusahaan hingga saat ini belum melakukan pengurangan karyawan. Bahkan bonus-bonus karyawan tetap dicairkan termasuk bonus bantuan pendidikan. Perusahaan lebih memilih efisiensi di hal-hal kecil seperti tak lagi berlangganan surat kabar.
"Alhamdulillah sampai saat ini belum ada PHK. Bahkan untuk bonus tetap kita bayarkan, nggak ada yang kita kurangi. Selain THR kita juga ada tunjangan pendidikan setiap tahun ajaran baru. Ya mendingan kita efisiensi yang lain sampai hal yang terkecil seperti tidak lagi langganan koran, makanan kita sederhanakan, tapi yang penting pendidikan anak-anak karyawan terjaga," terang Ira.
Meski begitu, Ira melihat COVID-19 memberikan berkah tersendiri bagi ASDP. Rencana perusahaan membiasakan pembelian tiket secara digital menjadi lebih cepat. Para penumpang kapal sekarang mau tidak mau akan beli tiket penyebrangan melalui digital.
"Jadi dengan adanya COVID-19 ini terjadi akselerasi di digitalisasi ticketing," tutupnya.
(das/fdl)