Jakarta -
Sedari dulu pelabuhan penyeberangan identik dengan semrawutnya antrian untuk masuk pelabuhan. Antrian panjang mengular di pelabuhan penyebrangan seakan menjadi berita yang rutin muncul setiap kali musim mudik.
Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadwi tak menampik citra negatif tersebut. Namun dia memaklumi, sebab BUMN ini mengelola 35 pelabuhan dengan kapal penyebrangan.
"Orang nggak menyangka kita memiliki pelabuhan sebanyak itu. Kompleksnya ASDP kami mengelola pelabuhan dan kapal, kebanyakan perusahan hanya mengelola pelabuhan atau kapal saja, tapi kami dua-duanya," ujarnya saat berbincang dengan detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arus penumpang yang dilayani ASDP sepanjang 2019 saja mencapai 49 juta orang. Dari angka itu 60% berada di perlintasan Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk.
Ira juga menggambarkan, dalam kondisi puncak seperti Lebaran, penumpang yang menyeberang dari 1 pelabuhan mencapai 100 ribu orang, plus kendaraan motor 25 ribu unit dan mobil 20 ribu unit dalam 1 hari. Bahkan pernah yang paling parah ada antrian sampai 26 km untuk menuju pelabuhan.
"Salah satu masalah yang besar dan langsung dirasakan pelanggan adalah antrian, jadi secara operasional memang ada yang harus diselesaikan secara serius," terangnya.
Ira juga menilai masalah serius yang harus dibenahi ASDP adalah pelayanan. Dia mengakui selama ini ASDP Indonesia Ferry cenderung memiliki sifat arogan lantaran merasa dibutuhkan oleh masyarakat dan merasa dirinya sebagai BUMN.
"Sudah lama ASDP merasa karena didirikan oleh pemerintah, kemudian kita punya armada, jadi seperti kita merasa posisi kita lebih tinggi dari konsumen. Karena saya punya armada, ya anda ikut saya. Tapi nggak bisa lagi, kita harus melayani. Mungkin dulu KPI-nya menyeberang dengan selamat itu sudah bagus, sekarang kita ingin orang menyeberang dengan selamat dan keluar dengan tersenyum. Nah itu kita harus masih belajar lebih, karena harus konsisten," terangnya.
ASDP sendiri mulai berbenah diri. Pada Agustus 2019 perusahaan mulai menerapkan program pelayanan digital dan pembayaran secara cashless. Selain demi pelayanan, alasan utama lainnya demi keamanan. Bayangkan pada masa mudik Lebaran biasanya uang yang beredar di loket 1 pelabuhan bisa mencapai Rp 8 miliar per hari.
"Kalau di bank mungkin uang segitu biasa saja, tapi kalau di pelabuhan uang sebanyak itu mengerikan. Karena banyak orang lalu-lalang. Jadi mulai dengan cashless," tambahnya.
Pelayanan digital itu prosesnya melalui mesin yang membaca e-KTP dan membayar secara cashless. Prosesnya dari scan e-KTP sampai pembayaran hanya 16 detik.
Program itu cukup berhasil untuk melayani di hari-hari biasa. Tapi ternyata semenjak tol Bakauheni-Palembang beroperasi, program itu seakan percuma. Bahkan perkiraan berdasarkan data-data tren penumpang juga selalu salah.
"Ternyata ketika ada tol dari Palembangan ke Bakauheni yang tadinya ditempuh 12 jam jadi 5 jam, ternyata arus kenaikannya sampai 40%. Terutama di akhir minggu, libur panjang, itu tinggi sekali. Kalau seperti itu forecast pasti selalu salah. Apa lagi pak Jokowi target 2024 Banda ACeh sampai Banyuwangi tersambung tolnya. Nggak kebayang peningkatannya seperti apa," kata Ira.
Oleh karena itu mulai 1 Maret lalu ASDP Indonesia Ferry mulai memberlakukan reservasi online. Penumpang bisa memesan tiket 60 hari sebelum hari H sampai 6 jam sebelum keberangkatan. Pemesanannya bisa melalui website, Alfamart hingga aplikasi Ferizy. Saat ini penerapannya baru dilakukan di jalur Merak-Bakauheni dan KEtapang-Gilimanuk.
"Jadi dengan digitalisasi dan cashless itu kita menjadi lebih akuntabel dan yang paling penting bisa mengatur antrian dengan waktu yang lebih terukur. Jadi orang bisa mengatur kira-kira mau sampai pelabuhan jam berapa itu bisa diatur, bukan datang nunggu berjam-jam," terang Ira.
Dia menggambarkan dalam masa paling puncak, proses penumpang dari antrian, membeli tiket hingga masuk kapal biasanya membutuhkan waktu 6 jam. Dengan adanya reservasi online penumpang hanya butuh waktu 1,5 jam.
Waktu itu bukan berarti proses alur masuk penumpang saja. Sebab di pelabuhan penyebrangan kapal untuk bersandar saja membutuhkan waktu cukup lama. Belum lagi proses loading dan unloading kendaraan yang bisa memakan waktu 1 jam.
Reservasi online ini juga membuat penumpang menyesuaikan kedatangannya ke pelabuhan. Mereka tidak perlu lagi datang dalam waktu yang bersamaan sehingga membuat antrian begitu panjang.
Simak Video "Video: Pelabuhan ASDP Batam Terjadi Lonjakan Penumpang selama Periode Lebaran"
[Gambas:Video 20detik]