Ancaman Resesi Kian Nyata, Ekonom: Jangan Panik!

Ancaman Resesi Kian Nyata, Ekonom: Jangan Panik!

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 23 Jul 2020 13:13 WIB
Pandemi virus Corona membuat dunia usaha babak belur.  COVID-19 juga diproyeksi mendatangkan malapetaka pada ekonomi Indonesia, bahkan dunia.
Ilustrasi/Foto: Antara Foto
Jakarta -

Singapura dan Korea Selatan (Korsel) menjadi bukti bahwa ancaman resesi akibat pandemi virus Corona benar-benar nyata, termasuk di Indonesia. Meskipun terlihat ngeri, masyarakat diminta jangan panik.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan jangan panik saat menghadapi ancaman resesi. Sebab itu malah akan menghantam ekonomi lebih keras.

"Seringkali resesi itu terjadi bukan hanya efek dari luar tapi juga efek secara psikologis masyarakat yang panik. Masyarakat itu merubah perilaku kesadarannya karena tidak bisa bergantung kepada pemerintah. Jadi masyarakat juga harus sadar, harus bisa lebih disiplin lagi untuk bisa menghindari resesi," kata Faisal kepada detikcom, Kamis (23/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faisal mencontohkan kepanikan yang harus dihindari adalah mengambil uang di bank sekaligus. Jika masyarakat berbondong-bondong melakukan itu, efeknya akan berdampak buruk terhadap sektor keuangan.

"Kalau terjadi penarikan uang secara besar-besaran dari perbankan, ini tadi yang resesi atau tekanan krisisnya yang masih di sektor riil ini berpindah ke sektor keuangan. Sekarang sektor riilnya terpukul tapi sektor keuangan masih relatif sehat. Tapi kalau kemudian uangnya diambil bukan untuk dibelanjakan, tapi takut jadi disimpan di rumah, ini sektor keuangan bisa collapse," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Hal lain yang tidak boleh dilakukan adalah memborong barang kebutuhan sehari-hari karena khawatir harga akan naik. Yang ada cara itu hanya memperparah kondisi.

"Jangan panik untuk memborong barang-barang kebutuhan sehari-hari di mal karena mungkin terpengaruh isu orang lain bahwa ini resesi, itu berarti nanti barang-barang akan lebih mahal gitu, jangan. Jangan seperti waktu awal-awal ada Corona," imbuhnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur CORE Indonesia, Piter Abdullah. Masyarakat diminta jangan panik karena secara tidak sadar sebenarnya masyarakat sudah merasakan dampak dari resesi itu sendiri.

"Resesi itu hanya nama. Resesi itu adalah kondisi. Pada waktu prosesnya itu sendiri sudah merasakan (dampak resesi), jadi bukan resesi kemudian mengakibatkan, bukan. Kan sekarang kita belum dinyatakan resesi tapi kita sudah merasakan bagaimana PHK meningkat, pengangguran meningkat, kemiskinan meningkat," tandasnya.




(ara/ara)

Hide Ads