Pandemi virus Corona telah memberikan tantangan yang begitu berat bagi PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan larangan penyebrangan membuat BUMN ini kehilangan pendapatannya dalam beberapa bulan.
ASDP Indonesia Ferry sebenarnya tengah fokus membenahi pelayanan penyeberangan yang semrawut di pelabuhan. Digitalisasi ticketing dipilih menjadi cara untuk membenahi permasalahan itu.
Digitalisasi itu mulai berbuah kesuksesan di awal tahun. Pada Januari 2020 laba ASDP naik 107% dibandingkan Januari 2019. Pada Februari 2020 laba ASDP pun naik 220% dibandingkan Februari 2019. Dalam waktu 2 bulan saja ASDP sudah mengantongi 25% dari target laba 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ketika COVID-19 menyerang Indonesia, pada Maret, April dan Mei ASDP mengalami kerugian secara bulanan. Baru di Juni 2020 perusahaan kembali mengantongi laba, meskipun tidak sebesar biasanya lantaran masih dibatasinya penumpang penyeberangan.
Meski begitu perusahaan memiliki strategi jangka panjang untuk memulihkan kembali keuangan. Tujuan yang paling besar adalah menerapkan digitalisasi di 35 pelabuhan yang dikelola ASDP.
Kemudian dari segi bisnis ada 3 rencana besar perusahaan. Pertama ASDP akan memperbesar ferry manajemen service dengan menambah pengelolaan kapal milik pihak lain.
"Sekarang kan ASDP punya 102 kapal, kita mengelola kapal orang lain 52 unit. Sekarang kita ada pembicaraan lagi dengan pemilik kapal lain, non BUMN, itu kira-kira hampir 30 kapal lagi. Bagi ASDP tidak hanya efisien, karena fix cost kita bisa dibagi, tapi yang lainnya harapannya ke depan kalau kita mengelola kapal orang lain, standar pelayanannya juga kita bisa seragamkan. Jadi orang nggak tahu itu kapal ASDP atau enggak, yang penting pelayanannya sama," kaya Direktur Utama ASDP Ira Puspadewi saat berbincang dengan detikcom.
Simak Video "Video: Pelabuhan ASDP Batam Terjadi Lonjakan Penumpang selama Periode Lebaran"
[Gambas:Video 20detik]