Faisal mengatakan jangan panik saat menghadapi ancaman resesi. Sebab itu malah akan menghantam ekonomi lebih keras.
"Seringkali resesi itu terjadi bukan hanya efek dari luar tapi juga efek secara psikologis masyarakat yang panik. Masyarakat itu merubah perilaku kesadarannya karena tidak bisa bergantung kepada pemerintah. Jadi masyarakat juga harus sadar, harus bisa lebih disiplin lagi untuk bisa menghindari resesi," kata Faisal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 3 Peringatan Resesi Ekonomi buat Indonesia |
Faisal mencontohkan kepanikan yang harus dihindari adalah mengambil uang di bank sekaligus. Jika masyarakat berbondong-bondong melakukan itu, efeknya akan berdampak buruk terhadap sektor keuangan.
"Kalau terjadi penarikan uang secara besar-besaran dari perbankan, ini tadi yang resesi atau tekanan krisisnya yang masih di sektor riil ini berpindah ke sektor keuangan. Sekarang sektor riilnya terpukul tapi sektor keuangan masih relatif sehat. Tapi kalau kemudian uangnya diambil bukan untuk dibelanjakan, tapi takut jadi disimpan di rumah, ini sektor keuangan bisa collapse," ucapnya.
Baca juga: Airlangga Ungkap Negara yang Bakal Resesi |
Hal lain yang tidak boleh dilakukan adalah memborong barang kebutuhan sehari-hari karena khawatir harga akan naik. Yang ada cara itu hanya memperparah kondisi.
"Jangan panik untuk memborong barang-barang kebutuhan sehari-hari di mal karena mungkin terpengaruh isu orang lain bahwa ini resesi, itu berarti nanti barang-barang akan lebih mahal gitu, jangan. Jangan seperti waktu awal-awal ada Corona," imbuhnya.
Simak Video "Video: WN Singapura Jadi Tersangka Korupsi, Jual Lahan PSU Batam ke WN Korsel"
[Gambas:Video 20detik]
(ara/ara)