3. Ukur Kemampuan Sebelum Beli Brompton
Sementara itu, kalau dilihat dari manajemen keuangan, perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho mengatakan kalau niatnya membeli barang, dalam hal ini Brompton cuma karena demi gengsi dan mengikuti tren disebut kurang tepat.
"Kalau cuma buat ikuti tren aja, hitung-hitungan perencana keuangan sih ya nggak tepat. Kalau cuma 3 bulan tren nggak sepedaan lagi ya belum tentu worth it," kata Andy kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Andy mengatakan semua kembali lagi ke kondisi keuangan setiap orang. Dia menekankan dalam menata keuangan setiap orang harus mampu mengukur kemampuannya. Dalam kasus membeli Brompton, bila mampu tidak masalah membelinya, namun jangan memaksakan diri.
"Jadi harus mampu ukur kemampuan ya. Memang tergantung dari kondisi tiap orang, misalnya mereka eksekutif di perusahaan besar gaji Rp 100 juta lebih belum sama bonus dan lain-lain dan cadangan tabungan banyak mereka mau keluar dana begitu banyak nggak masalah," papar Andy.
"Tapi jadi nggak wajar, itu misalnya ada orang yang memaksa beli dengan gaji yang nggak besar, sampai mau cicil segala," lanjutnya.
Simak Video "Video: Legislator Sebut RI Bisa Rugi Triliunan Jika Salah Tata Kelola Karbon"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)