Pandemi Corona Bikin Kelas Menengah Lebih Pilih Simpan Uang

Pandemi Corona Bikin Kelas Menengah Lebih Pilih Simpan Uang

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 05 Agu 2020 17:15 WIB
BUMN percetakan uang, Perum Peruri dibanjiri pesanan cetak uang dari Bank Indonesia (BI). Pihak Peruri mengaku sangat kewalahan untuk memenuhi pesanan uang dari BI yang mencapai miliaran lembar. Seorang petugas tampak merapihkan tumpukan uang di cash center Bank Negara Indonesia Pusat, kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (21/10/2013). (FOTO: Rachman Haryanto/detikFoto)
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Pandemi virus Corona atau COVID-19 turut menekan perekonomian nasional dan mempengaruhi pengeluaran serta pola konsumsi masyarakat. Sekretaris I Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Raden Pardede mengatakan saat ini konsumsi terbagi menjadi dua yakni konsumsi kelompok penghasilan rendah dan kelompok penghasilan tinggi.

Raden menjelaskan untuk kelompok berpenghasilan rendah saat ini cenderung tidak memiliki tabungan, sehingga bantuan sosial seperti PKH, sembako, Kartu Pra Kerja, bansos Jabodetabek dan bansos tak langsung, langsung digunakan.

Kemudian untuk kelompok menengah dan tinggi mereka lebih fokus ke kesehatan. Hal ini tercermin dari data tabungan di perbankan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tabungan mereka naik, tapi kredit turun. Loan to deposit ratio (LDR) perbankan juga turun dan tabungan kelas menengah atas naik," kata dia dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).

Dia mengungkapkan hal ini terjadi karena adanya keraguan dan kehati-hatian dari masyarakat yang cenderung menunda belanja dan lebih mementingkan kesehatan.

ADVERTISEMENT

Raden menjelaskan karena itu dibutuhkan dorongan agar penyerapan anggaran ini bisa berjalan dengan baik. "Penyerapan anggaran ini akan digenjot pada kuartal III dan IV. Setiap hari pemerintah dalam hal ini Kemenko Perekonomian menyisir satu per satu belanja K/L maupun pemulihan ekonomi dan harus diserap pada saat yang sama," jelas dia.

Menurut dia, kepercayaan kelas menengah atas untuk berbelanja juga harus ditingkatkan untuk mendorong daya beli. Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk meyakinkan konsumen dan investor untuk mengalokasikan uangnya lagi agar masalah kesehatan dan ekonomi bisa berjalan dengan baik.

"Ada tiga Program Indonesia Aman dan Sehat, Indonesia Berdaya dan Bekerja, Berkemampuan serta punya daya beli dan menggenjot padat karya, seluruh proyek untuk menciptakan lapangan kerja dan bantuan sosial," imbuh dia.

Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per Juni 2020 jumlah simpanan di atas Rp 1 miliar tercatat 309.113 rekening dengan nilai Rp 440 triliun. Kemudian untuk simpanan kurang dari Rp 5 miliar dan di atas Rp 2 miliar tercatat 181.676 rekening dengan nominal Rp 567 triliun. Lalu untuk simpanan di atas Rp 5 miliar tercatat 103.565 rekening dengan nilai Rp 3.012 triliun.




(kil/ara)

Hide Ads