Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2020 minus 5,3%. Namun, kemerosotan tidak terjadi di semua sektor, seperti pertanian yang masih mencatatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang positif. PDB dari sektor pertanian terhitung naik 2,19% di Q2 2020.
Direktur Eksekutif The Indonesia Green Financial and Investment Institute (TIGFII) Maxwell Gultom mengemukakan pertumbuhan tersebut tercapai karena Indonesia punya sumber daya alam yang cukup, dan basis masyarakat petani masih kuat.
"Saat orang kesulitan dengan pekerjaan di tengah pandemi, sektor pertanian menjadi pilihan terbaik. Pemerintah juga saya lihat proaktif memberikan insentif," kata Maxwell dalam keterangan tertulis, Rabu (5/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diungkapkan Maxwell, berdasarkan data BPS, pergeseran musim tanam dan puncak panen menjadi penopang PDB dari sektor pertanian. Selain itu, sektor perkebunan pun meningkat produksinya, seperti produksi olahan kelapa sawit (CPO) yang didukung bertambahnya permintaan luar negeri.
"Sektor tanaman pangan saya nilai paling berpengaruh. Ia tumbuh 34,77% (q to q) atau 9,23% (y on y). Panen baik dan menjanjikan stok yang cukup. Tidak ada kekhawatiran stok beras semestinya," tutur Maxwell.
Indikator Nilai Tukar Petani (NTP) yang mengalami peningkatan 0,49% pada Juli 2020 menjadi 100,09 turut menjadi catatan positif sektor pertanian. Maxwell berharap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dapat mempertahankan kinerja positif sektor pertanian.
"Bila kondisi ini terjaga, saya berkeyakinan Indonesia mampu melewati pandemi dengan baik karena Kementan selalu mendorong pembiayaan APBN dan Non APBN untuk mendukung proses produksi di tingkat petani tetap terjaga.Tinggal sekarang kolaborasi antar sektor agar mampu mendongkrak ekonomi nasional. Bila produksi sudah baik, maka logistik dan pasar mestinya digerakkan untuk memacu sektor riil," tuntas Maxwell.
(prf/hns)