Beredar kabar di media sosial, kampus Politeknik Keuangan Negara (STAN) ditutup. Dalam sebuah gambar yang tersebar, kampus STAN disebut ditutup dan tidak menerima mahasiswa baru karena ada isu radikalisme di dalam kampus.
Ditektur PKN STAN Rahmadi Murwanto menegaskan bahwa informasi mengenai kampus yang ditutup tidak benar adanya.
Apalagi membawa-bawa isu radikalisme sebagai alasan utamanya. Dia menegaskan bahwa info tersebut sudah pasti salah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau ada yang mengarahkan bahwa ditutup, sudah pasti tidak benar dan tidak berbicara dalam konteks punya otoritas untuk membicarakannya. Apalagi kalau itu dikaitkan dengan alasan radikalisme. Sudah pasti salah," ungkap Rahmadi kepada detikcom, Kamis (6/8/2020).
Rahmadi sendiri mengatakan bahwa pendaftaran mahasiswa baru STAN ditutup karena kekhawatiran penyebaran COVID-19 pada saat seleksi mahasiswa baru. Pendaftaran ditutup hanya untuk tahun ini, bukan 4 tahun seperti postingan yang beredar.
Dia mengatakan proses seleksi mahasiswa baru bisa menimbulkan kerumunan. Maka dari itu, pihaknya saat ini sedang menyiapkan protokol kesehatan untuk seleksi penerimaan mahasiswa baru, yang minimal dibuka tahun depan.
Di sisi lain, dia mengatakan ada perubahan komposisi kebutuhan sumber daya manusia di dalam tubuh Kementerian Keuangan akibat virus Corona. Soal kebutuhan sumber daya manusia ini masih didiskusikan jumlahnya oleh Kemenkeu. Maka dari itu, STAN tidak membuka pendaftaran.
"Kemudian, akibat COVID-19, ada perubahan komposisi kebutuhan SDM sehingga angka-angka yang sudah disiapkan pra pandemi COVID-19 tidak valid. Saat ini sedang dilakukan diskusi mendalam di Kemenkeu untuk memastikan kebutuhan tersebut," ungkap Rahmadi.
Seperti diketahui, dalam sebuah gambar yang beredar di media sosial, disebutkan bahwa kampus kedinasan Kementerian Keuangan ditutup karena radikalisme. Keterangan dari gambar itu menyebutkan bahwa kampus STAN ditutup dan tidak menerima mahasiswa baru.
"Gara2 isu radikalisme di kampus STAN, maka selama 4 tahun ke depan kampus itu ditutup dan tidak menerima mahasiswa baru. Rupanya sekarang mahasiswa yang rajin shalat dan pengajian di Masjid dianggap pemerintah sebagai embrio radikalisme shg membahayakan keamanan negara ... Semakin kacau aja nih pemerintah, main tuduh2 aja," bunyi keterangan dalam foto tersebut.
(upl/upl)