Penjelasan Lengkap STAN soal Isu Hoax Kampus Tutup karena Radikalisme

Penjelasan Lengkap STAN soal Isu Hoax Kampus Tutup karena Radikalisme

Herdi Alif Alhikam - detikFinance
Kamis, 06 Agu 2020 14:29 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani di STAN
Mahasiswa STAN/Foto: Hendra Kusuma/detikFinance
Jakarta -

Direktur Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN Rahmadi Murwanto bicara soal kabar kampus tutup karena isu radikalisme. Sebelumnya, beredar kabar di media sosial, kampus STAN ditutup karena isu radikalisme.

Rahmadi menilai, isu radikalisme itu hoax yang dibuat-buat oleh pihak tak bertanggung jawab. Menurutnya, isu radikalisme erat dengan situasi politik. Bahkan, Rahmadi mengatakan isu ini banyak dilontarkan ke banyak perguruan tinggi lainnya, bukan cuma STAN.

"Isu radikalisme ini sangat terkait dengan situasi politik yang terjadi sejak beberapa tahun. Kami menyadari ada banyak pihak yang melontarkan isu ini, sebenarnya tidak secara khusus ditujukan ke PKN STAN saja tetapi secara umum pada perguruan tinggi pada umumnya," kata Rahmadi kepada detikcom, Kamis (6/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, Rahmadi mengatakan pihaknya sudah banyak mengikuti forum diskusi soal radikalisme namun pembahasannya tidak menunjukkan sedikitpun apa yang terjadi sebenarnya dengan radikalisme.

"Isu ini sempat dibahas dalam berbagai forum dan kami mengikuti dengan seksama. Sayangnya hasil pembahasan tersebut tidak bisa menunjukkan secara spesifik apa yang terjadi," ungkap Rahmadi.

ADVERTISEMENT

STAN pun kini aktif membuat kebijakan untuk menangkal terjadinya radikalisme dalam kampus. Dia mengatakan pihaknya sudah melakukan pengamatan internal dengan sistem aduan, apabila ada mahasiswa yang dilaporkan, pihaknya akan segera menindaklanjuti. Pihaknya juga menampung banyak saran dari pihak luar kampus.

"Kami memutuskan untuk melakukan beberapa tindakan untuk menanggapi dan menindaklanjutinya. Pertama, kami melakukan pengamatan internal dengan memanfaatkan sistem pengaduan untuk mendapatkan informasi tentang hal ini. Kedua, kami melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendapatkan masukan yang lebih rinci terkait hal ini," jelas Rahmadi.

Rahmadi menjelaskan pihaknya akan melakukan pengawasan pada mahasiswa bahkan hingga alumni. Terkait alumni pihaknya akan banyak mencari info dengan ikatan alumni. Sementara itu, untuk mahasiswa yang masih kuliah, pihaknya akan sering melakukan Forum Group Discussion (FGD). Dari FGD sendiri, dia mengaku belum menemui keluhan atau laporan soal radikalisme.

"Terkait dengan mahasiswa, tidak muncul keluhan secara formal melalui pengaduan. Kami melakukan FGD dengan mengundang banyak pihak yang membantu, dari FGD tidak muncul hal yang spesifik," ujar Rahmadi.

lanjut ke halaman berikutnya

Selanjutnya Rahmadi mengatakan pihaknya menyiapkan berbagai program yang membangun wawasan kebangsaan dan toleransi. Pertama dengan menambahkan muatan sosio kultural dan wawasan kebangsaan dalam beberapa mata kuliah. Pihaknya juga sudah mendesain ulang mata kuliah Pancasila dan menyisipkan mata kuliah Bela Negara.

"Pertama intra kurikuler, kami mereview beberapa mata kuliah dan mempertajam isinya, sehingga kompetensi sosio kultural dan wawasan kebangsaan muncul. Kami bekerja sama dengan BPIP mendesain ulang mata kuliah Pancasila, kami juga menyiapkan mata kuliah Bela Negara bekerja sama dengan Lemhanas," ungkap Rahmadi.

Pihaknya pun turut mengundang berbagai pihak mulai dari Kapolda Metro Jaya, Kepala BNPT, Kepala BPIP untuk memberikan materi kuliah mengenai persoalan radikalisme dan peningkatan wawasan kebangsaan.

Rahmadi juga mengatakan pihaknya merancang ulang mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi sebagai bagian dari bela negara untuk menanamkan integritas dan anti korupsi pada mahasiswa.

Dari kegiatan di luar perkuliahan, pihaknya menyiapkan berbagai kegiatan yang memperkuat toleransi dan wawasan kebangsaan.

"Ada program SBKK atau seminggu bersama keluarga Kementerian keuangan mengenalkan toleransi melalui tindakan, menggunakan bulan Juni untuk melakukan berbagai festival Pancasila, melakukan berbagai kegiatan agama yang dimeriahkan mahasiswa lintas agama, melakukan berbagai kegiatan sosial lintas agama dan lintas daerah, dan sebagainya," papar Rahmadi.

Terakhir, Rahmadi menegaskan pihaknya akan tidak ingin terjebak dengan narasi dan tuduhan radikalisme di dalam kampus STAN. Untuk membuktikannya, pihaknya mengarahkan ke hal-hal yang positif.

"Jadi kami lebih memilih menjawab tuduhan dan isu dengan menunjukkan tindakan-tindakan yang sebaliknya. Energi yang ada kami arahkan kepada hal-hal positif dan kami tidak ingin terjebak dengan narasi pihak-pihak lain yang menyebutkan soal radikalisme ini," jelas Rahmadi.

Sebelumnya, dalam sebuah gambar yang beredar di media sosial, disebutkan bahwa kampus kedinasan Kementerian Keuangan ini ditutup karena radikalisme. Keterangan dari gambar itu menyebutkan bahwa kampus STAN ditutup dan tidak menerima mahasiswa baru.

"Gara2 isu radikalisme di kampus STAN, maka selama 4 tahun ke depan kampus itu ditutup dan tidak menerima mahasiswa baru. Rupanya sekarang mahasiswa yang rajin shalat dan pengajian di Masjid dianggap pemerintah sebagai embrio radikalisme shg membahayakan keamanan negara ... Semakin kacau aja nih pemerintah, main tuduh2 aja," bunyi keterangan dalam foto tersebut.



Simak Video "Video: Mereka yang Pertama Kali Menang di Golden Globes 2025"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads