3 Fakta Soal Isu Hoax STAN Ditutup Gegara Radikalisme

3 Fakta Soal Isu Hoax STAN Ditutup Gegara Radikalisme

Herdi Alif Alhikam - detikFinance
Kamis, 06 Agu 2020 17:30 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani di STAN
Foto: Dok. Kementerian Keuangan
Jakarta -

Beredar kabar di media sosial, kampus Politeknik Keuangan Negara (STAN) ditutup. Kabarnya isu radikalisme jadi alasan utamanya kampus STAN ditutup.

Dalam sebuah gambar yang beredar di media sosial, disebutkan bahwa kampus kedinasan Kementerian Keuangan ditutup karena radikalisme. Keterangan dari gambar itu menyebutkan bahwa kampus STAN ditutup dan tidak menerima mahasiswa baru.

"Gara2 isu radikalisme di kampus STAN, maka selama 4 tahun ke depan kampus itu ditutup dan tidak menerima mahasiswa baru. Rupanya sekarang mahasiswa yang rajin shalat dan pengajian di Masjid dianggap pemerintah sebagai embrio radikalisme shg membahayakan keamanan negara ... Semakin kacau aja nih pemerintah, main tuduh2 aja," bunyi keterangan dalam foto tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Direktur PKN STAN Rahmadi Murwanto menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar adanya. Bagaimana faktanya?

1. Kampus STAN Tidak Ditutup
Rahmadi menegaskan bahwa informasi mengenai kampus yang ditutup tidak benar adanya. Apalagi membawa-bawa isu radikalisme sebagai alasan utamanya. Dia menegaskan bahwa info tersebut sudah pasti salah.

ADVERTISEMENT

"Kalau ada yang mengarahkan bahwa ditutup, sudah pasti tidak benar dan tidak berbicara dalam konteks punya otoritas untuk membicarakannya. Apalagi kalau itu dikaitkan dengan alasan radikalisme. Sudah pasti salah," ungkap Rahmadi kepada detikcom, Kamis (6/8/2020).

2. Tidak Ada Radikalisme di STAN
Rahmadi menilai, isu radikalisme itu hoax yang dibuat-buat oleh pihak tak bertanggung jawab. Menurutnya, isu radikalisme erat dengan situasi politik. Bahkan, Rahmadi mengatakan isu ini banyak dilontarkan ke banyak perguruan tinggi lainnya, bukan cuma STAN.

"Isu radikalisme ini sangat terkait dengan situasi politik yang terjadi sejak beberapa tahun. Kami menyadari ada banyak pihak yang melontarkan isu ini, sebenarnya tidak secara khusus ditujukan ke PKN STAN saja tetapi secara umum pada perguruan tinggi pada umumnya," kata Rahmadi.

Menambahkan Rahmadi, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis, Yustinus Prastowo menegaskan baik insan Kemenkeu dan juga civitas akademik STAN semuanya memiliki peran sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

"Kalau isu radikalisme sejauh ini tidak ada. Bu Menkeu menekankan, STAN dan insan Kemenkeu sebagai perekat pemersatu bangsa yang Bhineka," ungkap Yustinus kepada detikcom.

3. Bukan Kampus, yang Ditutup Pendaftaran Mahasiswa STAN
Rahmadi meluruskan, yang ditutup adalah pendaftaran mahasiswa baru STAN di tahun 2020, alasannya karena kekhawatiran penyebaran COVID-19 pada saat seleksi mahasiswa baru. Pendaftaran pun ditutup hanya untuk tahun ini, bukan 4 tahun seperti postingan yang beredar.

Dia mengatakan proses seleksi mahasiswa baru bisa menimbulkan kerumunan. Maka dari itu, pihaknya saat ini sedang menyiapkan protokol kesehatan untuk seleksi penerimaan mahasiswa baru, yang minimal dibuka tahun depan.

Di sisi lain, dia mengatakan ada perubahan komposisi kebutuhan sumber daya manusia di dalam tubuh Kementerian Keuangan akibat virus Corona. Soal kebutuhan sumber daya manusia ini masih didiskusikan jumlahnya oleh Kemenkeu. Maka dari itu, STAN tidak membuka pendaftaran.

"Kemudian, akibat COVID-19, ada perubahan komposisi kebutuhan SDM sehingga angka-angka yang sudah disiapkan pra pandemi COVID-19 tidak valid. Saat ini sedang dilakukan diskusi mendalam di Kemenkeu untuk memastikan kebutuhan tersebut," ungkap Rahmadi.

Yustinus menambahkan, beberapa hal dilakukan STAN untuk meningkatkan kualitasnya. Saat ini STAN sedang membangun gedung baru dan meningkatkan level pendidikan.

"PKN STAN akan membangun gedung baru yang multifungsi dengan standar internasional dan juga meningkatkan level program studi ke D-IV dan S-2," kata Yustinus.


Hide Ads