Ancaman resesi sudah di depan mata. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2020 sudah minus 5,32%.
Jika di kuartal selanjutnya pertumbuhan ekonomi kembali minus, maka Indonesia resmi jatuh ke jurang resesi.
Salah satu hal yang penting untuk dipersiapkan masyarakat dalam menghadapi resesi adalah dana darurat berbentuk uang tunai atau simpanan likuid. Proporsinya pun disesuaikan dengan kondisi masing-masing masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya, menurut Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Andy Nugroho bagi masyarakat yang masih lajang perlu menyiapkan dana darurat 3 kali dari gaji bulanan, sementara yang sudah berkeluarga 6 kali dari gaji bulanan.
"Tapi itu angka ideal, kan angka yang besar juga untuk mengumpulkan sedemikian besar. Kalau mereka nggak punya uang tunai, misalnya logam mulia, itu bisa dianggap sebagai cadangan dana darurat, atau investasi lain yang gampang dicairkan seperti deposito," ungkap Andy kepada detikcom, Sabtu (8/8/2020).
Andy menjelaskan, dana darurat ini sangat diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian ketika adanya resesi. Apalagi ketika gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan tanpa gaji kembali muncul akibat resesi.
"PHK paling nggak masih ada pesangon. Tapi kan yang repot kemarin kan ada yang dirumahkan, jadi cuti di luar tanggungan perusahaan. Status karyawan tidak diberhentikan, tapi perusahaan tidak memberikan gaji kepada mereka, kalau itu kan repot. Nah di saat itulah dana darurat akan bekerja," ujarnya.
Langsung klik halaman selanjutnya.
Simak Video "Definisi Dana Darurat dan Kegunaanya"
[Gambas:Video 20detik]