Singapura-Filipina Resesi, Siapa Menyusul di ASEAN?

Singapura-Filipina Resesi, Siapa Menyusul di ASEAN?

Herdi Alif Alhikam - detikFinance
Minggu, 09 Agu 2020 13:45 WIB
SINGAPORE, SINGAPORE - APRIL 25: General view of a seating area in a cafe that is cordoned off as a preventive measure to prevent the spread of the Covid 19 novel coronavirus on April 25, 2020 in Singapore. SIngapore has seen an outbreak of coronavirus victims centering around its migrant workers  (Photo by Ore Huiying/Getty Images)
Foto: Getty Images/Ore Huiying
Jakarta -

Resesi ekonomi menghantui banyak negara. Di kawasan Asia Tenggara alias ASEAN sendiri sudah ada Singapura dan Filipina yang masuk ke dalam jurang resesi.

Bukan cuma Singapura dan Filipina saja, beberapa negara di ASEAN juga terancam bayang-bayang resesi, negara mana saja?

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menyebutkan ada 3 negara yang terancam resesi, yaitu Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Menurutnya, Malaysia dan Thailand terancam resesi karena ekonomi negaranya bergantung kepada kondisi global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Negara yang bergantung pada kondisi global yang bergantung pada perdagangan internasional yang berikutnya. Di luar Singapura, itu ada Malaysia dan Thailand ekonomi mereka bergantung pada ekspor impor," ujar Faisal kepada detikcom, Minggu (9/8/2020).

"Dalam kondisi global seperti sekarang mereka lebih gampang kena shock," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Sementara Indonesia menurutnya memang ketergantungan perdagangan internasionalnya kecil, namun konsumsi dalam negerinya yang seharusnya menjadi tumpuan tidak berjalan karena belum bisa mengendalikan virus Corona yang melanda.

"Nah kalau Indonesia, perdagangan internasionalnya memang ketergantungannya tidak besar, dan konsumsi dalam negerinya besar, ini bisa jadi peredam. Tapi sampai sekarang penanganan virusnya belum terkendali jadi pemulihan ekonominya masih terganggu," ujar Faisal.

Faisal menambahkan ketiga negara ini juga sudah mengalami pertumbuhan ekonomi minus pada satu kuartal. Bila kondisi krisis berlanjut tak menutup kemungkinan satu kuartal berikutnya minus lagi dan resmi resesi.

"Kemudian paling tidak tiga negara ini juga sudah minus ekonominya di satu kuartal, kuartal berikutnya bisa saja minus lagi dan masuk resesi," sebut Faisal.

Dari catatan detikcom, pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Thailand mengalami kontraksi hingga 2,2%. Menjelang pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal II kemungkinan kontraksi akan berlanjut, Head of Research Kasikorn Securities Passakorn Linmaneechote, pertumbuhan ekonomi Thailand di kuartal II-2020 diprediksi mengalami kontraksi hingga 18,5%.

Sementara di Malaysia, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2020 masih berada pada garis positif, yakni 0,7%. Namun, diperkirakan kontraksi ekonomi di kuartal II bisa mencapai 2%. Kemudian, Trading Economics memprediksi pertumbuhan ekonomi Malaysia akan mengalami kontraksi juga di kuartal III-2020 hingga minus 9,7%.

Sementara itu, di Indonesia, ekonomi terkontraksi hingga minus 5,32% selama kuartal II. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan mengalami kontraksi di kuartal III-2020 menjadi minus 1,7%.

Sementara itu, Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menilai resesi hanya hitungan teknikal saja. Yang jelas, menurutnya pandemi Corona sudah menimbulkan mandeknya pertumbuhan ekonomi di Asean karena krisis yang ditimbulkan.

"Ini krisis pada sektor produksi dan riil dan akibatnya dirasakan kepada masyarakat banyak. Kehilangan pekerjaan, angka penurunan penghasilan, angka kemiskinan bertambah, memang sudah dirasakan. Resesi itu istilah secara teknis aja," ujar Yose kepada detikcom.

Dampaknya memang besar ke pertumbuhan ekonomi, dia mencontohkan di Thailand misalnya, pertumbuhan ekonominya akan terkontraksi karena pandemi Corona menekan angka pariwisata. Padahal, Yose menjelaskan negara ini menonjolkan pariwisatanya sebagai penggerak perekonomian.

"Thailand yang sangat andalkan sekali pariwisata misalnya, dengan COVID-19, nggak bisa berinteraksi secara langsung dan nggak bisa berkembang aktivitas pariwisatanya, maka perekonomiannya turun sekali. Mungkin memang negara Thailand belum masuk istilah resesi, tapi krisis ya keliatan sudah krisis," jelas Yose.


Hide Ads