Faisal juga mengatakan kemungkinan Singapura juga dinilai mampu bertahan, meskipun negara ini sudah masuk dalam jurang resesi. Setidaknya, bisa bertahan tidak makin merosot pertumbuhannya hingga akhir tahun.
Pasalnya, menurut Faisal, Singapura memiliki ketahanan ekonomi dari kemampuan fiskal pemerintahannya yang memadai. Otoritas setempat bisa menggelontorkan dana yang cukup untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Singapura, meskipun resesi dia ketahanan ekonominya bagus. Dia lebih kuat secara kemampuan fiskal, bisa dorong pemulihan ekonomi nasional untuk biayai rakyat yang terdampak. Mereka punya lebih banyak cash," ungkap Faisal.
"Karena dia kan tabungannya banyak, anggaran pemerintahnya banyak, bisa untuk redam krisis," ujarnya.
Sementara itu, menurut Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri, sebetulnya Indonesia memiliki modal besar sebagai negara yang kuat menghadapi krisis ekonomi dan ancaman resesi.
Pasalnya, konsumsi dalam negeri di Indonesia sangat besar pangsa pasarnya dibanding dengan perdagangan internasional. Yose menyayangkan, modal ini justru tidak bisa digunakan untuk mendorong perekonomian.
"Sebenarnya Indonesia ini yang kuat, resilient, yang seharusnya nggak parah banget. Karena domestic economy kita hampir 80%, sehingga harusnya bisa digunakan untuk dorong perekonomian kita," ujar Yose kepada detikcom.
Yose menyatakan modal besar ini belum bisa dimaksimalkan karena penanganan masalah kesehatan dan virus Corona yang masih belum memadai. Padahal, kalau virus sudah bisa ditangani dan dikendalikan, aktivitas ekonomi dalam negeri akan kembali bergairah.
"Harusnya kita nggak parah, cuma permasalahannya penanganan kesehatan belum memadai, anggaran ada tapi lama disalurkannya. Jadinya kegiatan perekonomian dalam negeri nggak bisa dimulai," kata Yose.
Simak Video "Video Prabowo: Anwar Ibrahim Sahabat Seluruh Rakyat Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(dna/dna)