Mulai akhir pekan ini, bakal ada diskon besar-besaran di lebih dari 300 mal mencakup e-commerce di seluruh Indonesia. Diskon besar-besaran itu merupakan program Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) 2020 yang akan dilaksanakan pada 14-30 Agustus mendatang.
Untuk diketahui, HBDI merupakan acara tahunan yang diadakan setiap menjelang perayaan HUT RI. Tahun ini, HBDI menawarkan berbagai penawaran menggiurkan. Mulai dari diskon hingga 75%, potongan belanja Rp 75.000, buy 1 get 1, dan sebagainya.
HBDI diharapkan mampu mendongkrak daya beli masyarakat terutama di tengah pandemi virus Corona. Diskon gede-gedean ini bisa mencegah Indonesia masuk resesi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet, momen diskon gede-gedan ini diyakini dapat menstimulus kenaikan pada konsumsi rumah tangga masyarakat.
"Iya kalau dilihat dari upaya pemerintah dalam mendorong upaya konsumsi dengan cara misalnya mendorong BLT kemudian ada juga pinjaman tanpa bunga kemudian sekarang di saat yang bersamaan ada HBDI untuk menstimulasi konsumsi, memang dia akan mendorong konsumsi RT," ujar Yusuf kepada detikcom, Senin (10/8/2020).
Sayangnya, kata Yusuf, porsi kenaikan konsumsi rumah tangga terhadap ekonomi secara keseluruhan masih sangat terbatas. Belum mampu menghindari Indonesia dari pertumbuhan minus seperti yang terjadi pada kuartal II-2020. Apalagi, kalau masyarakat masih menahan diri untuk belanja.
"Tapi pada level yang terbatas belum sampai ke level bounce back ke level positif. Stimulan konsumsi dari bantuan pemerintah belum akan efektif jika masyarakat masih menahan konsumsi," tambahnya.
Ekonomi di kuartal III-2020 diyakini masih minus, namun tidak sedalam pada kuartal sebelumnya.
"Secara keseluruhan level pertumbuhan ekonomi masih berada di level negatif tapi pada angka yang lebih baik dibandingkan kuartal II-2020," imbuhnya.
Hal serupa juga diyakini oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira. Menurut Bhima, diskon gede-gedan memang bisa menggerakkan kembali perekonomian, namun masih dalam level terbatas sebab masyarakat masih banyak yang takut beraktivitas di luar rumah.
"Jadi kalau menurut saya sih, efeknya sangat terbatas ya, kenapa begitu? Karena yang pertama kan ini kan tujuannya mendorong orang untuk belanja, sedangkan belanja di pusat perbelanjaan itu, masyarakat menengah dan atas itu belum terlalu percaya diri belum terlalu pede untuk bepergian ke pusat perbelanjaan, ini karena apa? Karena pandeminya masih cukup tinggi, masih jadi ancaman," kata Bhima.
Paling tidak, dampak positif dari diskon gede-gedean ini bisa dirasakan dari aktivitas di e-commerce. Terutama, bila masyarakat lebih banyak yang memilih berbelanja produk lokal atau UMKM daripada impor.
"Ketika didorong di marketplace ini bagus ya bisa memberikan bantuan khususnya bagi pengusaha usaha UMKM yang memasarkan produknya di marketplace," ucap Bhima.
(ara/ara)