Lahan Pertanian China Dilanda Banjir, Harga Pangan Terancam Naik

Lahan Pertanian China Dilanda Banjir, Harga Pangan Terancam Naik

Aul - detikFinance
Senin, 10 Agu 2020 16:36 WIB
This photo taken on June 7, 2020 shows submerged streets and inundated buildings after heavy rain caused flooding in Yangshuo, in Chinas southern Guangxi region. (Photo by STR / AFP) / China OUT
Foto: pool
Jakarta -

Banjir besar telah melanda sebagian besar wilayah selatan China pada Juni lalu, tepatnya di tepi Danau Poyang di provinsi Jiangxi. Banjir itu menghancurkan ribuan hektar lahan pertanian yang telah menyumbang 70% produksi beras di China. Akibatnya puluhan petani merugi hingga membuat harga pangan di China terancam naik.

Kementerian Manajemen Darurat China memperkirakan kerugian ekonomi dari bencana itu sebesar US$ 21 miliar setara Rp 309 triliun (kurs Rp 14.700) dihitung dari kehancuran lahan pertanian, jalan, dan properti lainnya. Ada sekitar 55 juta orang mengalami kerugian akibat kehancuran lahan pertanian karena banjir tersebut.

Kementerian Keuangan China mengatakan pemerintah China telah menggelontorkan bantuan senilai US$ 258 juta (Rp 3,8 triliun) yang dialokasikan untuk keluarga terdampak banjir. Selain itu pemerintah daerah di provinsi Jiangxi juga mengalokasikan dana bantuan banjir senilai US$ 40 juta (Rp 589 miliar).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari CNN, Senin (10/8/2020) analis China Shenwan Hongyuan memperkirakan China telah kehilangan 11,2 juta ton makanan dibandingkan tahun lalu. Mengingat berapa banyak lahan pertanian yang rusak.

Menurut Nomura, jika banjir ini dapat diatasi hingga akhir Agustus, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pertanian akan turun hampir 1% pada kuartal Juli-September. Penurunan itu menyeret kerugian hasil pertanian lebih dari US$ 1,7 miliar (Rp 25 triliun).

ADVERTISEMENT

Hujan deras diperkirakan akan terjadi selama bulan ini dan akan mengarah ke wilayah utara China. Ancaman banjir susulan pun membayangi pertanian gandum dan jagung. Bahkan mengancam naiknya harga pangan di China.

Menurut penyedia data Science China Information harga jagung naik 20% sejak bulan lalu dan menjadi level tertinggi selama lima tahun.

Sementara itu, harga kedelai juga melonjak. Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China mengatakan harga kedelai dalam negeri melonjak sekitar 30% dari tahun lalu. Analis dari Baocheng Futures memperkirakan naik harga kedelai akibat kekhawatiran dari kondisi cuaca ekstrim di China.

Bencana tersebut menjadi kabar buruk bagi China, yang tengah terpuruk akibat krisis pandemi virus corona. Sejauh ini China telah menghadapi krisis dengan mengupayakan harga pangan stabil dan peningkatan pasokan pangan. Termasuk memanfaatkan cadangan strategis pangan.

Selain kekhawatiran cuaca ekstrim dan pandemi virus Corona akan pasoka bahan makanan di China. Ketegangan perang dagang antara China dan Amerika Serikat juga mengancam pasokan makanan di China.

Para analis menyarankan beberapa opsi bagi China untuk meningkatkan produksi pangan, termasuk melonggarkan pembatasan produksi tanaman hasil rekayasa genetika dan meminimalkan ekspor dari AS.



Simak Video "Video: Kepanikan Warga Rongjiang China saat Banjir Besar Melanda"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads