Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku sering mendapatkan kritik atau pun bully soal isu tenaga kerja asing (TKA) yang masuk ke Indonesia. Luhut membantah bahwa dirinya hanya memberikan kesempatan bagi TKA, namun tidak bagi tenaga kerja dalam negeri.
"Banyak yang suka kritik saya, memberikan kesempatan pada tenaga kerja asing, nggak betul-lah itu. Kan kita mesti win-win," tegas Luhut dalam rapat kerja virtual Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Kamis (13/8/2020).
Ia menegaskan, TKA hanya sebatas jembatan untuk melancarkan investasi asing dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia. Setelahnya, investasi itu pun diwajibkan melakukan transfer teknologi kepada pekerja dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang suka mempertanyakan soal tadi, penggunaan tenaga asing. Tenaga asing itu hanya menjembatani untuk ciptakan lapangan kerja untuk teknologi transfer dan meyakinkan bahwa orang yang punya uang itu, uangnya memang diinvestasikan dengan benar," terang Luhut.
Ia mengatakan, transfer teknologi itu memang ada dengan bukti pembangunan politeknik di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang merupakan pabrik baterai lithium terbesar di Indonesia.
"Mereka wajib mendidik tenaga kerja lokal. Misalnya seperti di Morowali ada politeknik, nah ini bagus 600 orang per tahun. Yang mengajar dari ITB, UI, UGM, senior-senior mengajar di sana. Ada praktik, tersedia industrinya. Di mana lagi dapat politeknik seperti ini? Jadi itu bisa menjadi politeknik terbaik di Indonesia. Begitu juga di Konawe Utara, Halmahera tengah," jelasnya.
Luhut menegaskan, untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai bagian dari rantai pasok dunia melalui hilirisasi industri, maka tak bisa dilakukan sendirian.
"Jadi Bapak-Ibu, kita ini mengejar ketertinggalan kita. Ya memang harus ada yang mengalah. masa kita mau menang sendiri?" tutur dia.
Selain itu, menurutnya Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan pekerja untuk program hilirisasi industri. Maka dari itu, perlu transfer teknologi dari TKA, dan juga perlu mengirim tenaga kerja Indonesia untuk belajar di luar negeri.
"Nikel ore inilah yang dulu kita ekspor. Sekarang kita mau membuat lithium battery, lalu kita buat lagi recycling lithium battery, sehingga kita bisa gunakan lagi itu nanti. Ini yang berpuluh-puluh tahun nggak pernah kita buat. Ini kan butuh teknologi, kita kan nggak bisa sendiri. Kalau orang marah-marah kenapa nggak mempekerjakan tenaga kerja kita? Profesor ITB saja bilang sama saya kita ada bidang studinya, tapi tidak ada praktiknya. Nah sekarang ada praktiknya. Ini adalah fakta, nggak perlu malu kita mengakui itu," tutup Luhut.
(zlf/zlf)