Renyahnya Peluang Bisnis Urban Farming, Cara Berkebun 'Kekinian'

Renyahnya Peluang Bisnis Urban Farming, Cara Berkebun 'Kekinian'

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Minggu, 16 Agu 2020 08:05 WIB
Urban Farming/Dok Jirifarm
Foto: Urban Farming/Dok Jirifarm
Jakarta -

Urban farming atau pertanian kota menjadi tren baru saat pandemi COVID-19 terjadi. Banyak masyarakat yang mulai berkebun di pekarangan rumah untuk mengisi waktu luang, mengusir stres saat work from home (WFH) pada pertengahan Maret 2020 lalu.

Namun, siapa sangka kondisi ini merupakan peluang bisnis yang menjanjikan untuk mendapatkan cuan. Seperti apa ceritanya? Berikut berita selengkapnya:

Misalnya JiriFarm yang saat ini menyediakan perlengkapan berkebun untuk urban farming. JiriFarm juga menjual sayuran ke sejumlah supermarket yang ada di Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemilik JiriFarm Richard Sudibio Halim menceritakan dulu ia bersama ayahnya memiliki usaha pabrik bingkai. Namun akhirnya mereka banting stir ke bisnis pertanian urban dengan metode hidroponik.

"Dulu kita coba tanam cabe secara konvensional di tanah. Cabe itu ternyata problemnya banyak akhirnya kami berhenti dari situ. Nggak sengaja lihat tayangan National Geographic, ada soal hidroponik. Wah kayaknya lebih simpel tuh, nggak perlu cangkul-cangkul tanah, bersihin rumput dan pekerjaannya lebih simpel," kata Richard saat berbincang dengan detikcom akhir pekan ini.

ADVERTISEMENT

Richard menjelaskan saat itu usahanya dimulai pada tahun 2010. Mulai membuat satu green house untuk budidaya sayuran. Dari situ permintaan sayuran mulai meningkat. JiriFarm menyediakan sayuran oriental seperti kangkung, sawi caisim, pakcoy, bayam, kailan dan selada.

"Untuk panen satu bulan itu sekitar 3 ton, ya tergantung cuaca sih ya kalau mendung terus panennya menurun," ujarnya. Richard mengungkapkan saat ini pekerja di JiriFarm paling banyak adalah dari kaum ibu yang bertempat tinggal di sekitar kebun. Hal ini sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dan karena memang pekerjaannya tidak terlalu berat.

"Karena kalau hidroponik kan tidak butuh kerja berat ya, tinggal cek-cek nutrisi, cek air. Mulai dari semai sampai panen. Ya ada juga yang bapak-bapak untuk angkat-angkat jerigen, tapi kebanyakan ibu-ibu yang kerja di sini," jelas dia.

lanjut ke halaman berikutnya

Namun kini JiriFarm juga menyediakan alat dan perlengkapan berkebun hidroponik dari berbagai sistem mulai wick, NFT sampai DFT. Bahan yang digunakan juga bervariasi seperti pipa, bak pasir kucing sampai dengan gully trapesium.

Kemudian JiriFarm juga membuka pelatihan-pelatihan untuk orang yang ingin belajar menanam sayuran. Kemudian menjual perlengkapan dengan harga yang lebih murah.

Selama pandemi JiriFarm juga merasakan berkah, permintaan alat berkebun meningkat signifikan dibandingkan periode normal. Selain itu viewers di Youtube channel juga terus meningkat.

Selain Richard, pemilik toko peralatan pertanian Purie Garden, Ridwan Satria juga menceritakan peluang bisnis yang bisa diambil dari urban farming. Hal ini karena potensi urban farming di perkotaan semakin besar.

Lahan pertanian di desa juga semakin sedikit. Karena itu urban farming bisa menjadi solusi ketahanan pangan keluarga baru kemudian menjadi peluang bisnis untuk petaninya.

"Saat pandemi kemarin puncaknya permintaan alat pertanian di toko kami. Untuk omzet saya belum bisa sampaikan. Tapi ini potensinya masih besar," kata dia.

Purie Garden saat memang menyasar masyarakat perkotaan. Selain itu Purie Garden juga berupaya mengedukasi orang-orang jika pertanian itu tidak kotor dan panas. Kemudian mengampanyekan jika berkebun itu menyenangkan, tidak sulit dan tidak mahal. Saat ini Purie Garden bermarkas di Kediri, kemudian membuka cabang di Surabaya, Yogyakarta, Tangerang dan Bogor.

Modal yang digunakan saat awal bisa dibilang nol, karena dia bersama istrinya bekerja sama dengan supplier di desa-desa yang kebingungan memasarkan hasil tani mereka. "Misalnya waktu awal saya jual kompos dan kerja sama dengan pembuatnya di desa, mereka bingung memasarkan dan saya datang modal ngomong aja bantuin memasarkan, intinya sih jangan berhenti belajar," jelas dia.

Hingga saat ini Ridwan sama sekali tidak terlibat dengan bank untuk pendanaan. Ia selalu berupaya untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat untuk mengembangkan usahanya.

Selain itu ia selalu melakukan riset-riset di pasaran tentang produk apa yang sedang booming dan digandrungi masyarakat. "Riset itu penting banget, jadi harus tahu apa yang laku di pasaran, bukan yang kita pengin ya. Saya pernah bikin paket tanam yang saya pikir bakal laku, ternyata salah. Ada produk yang saya underestimate tidak laku, eh malah laku," ucapnya.

Untuk anak-anak muda yang ingin berbisnis, Ridwan memiliki tips dan trik yang harus diketahui. Pertama, harus tahu dan mencintai apa yang akan dilakukan. Selain itu harus punya prinsip dan tujuan jika ingin memulai usaha.

"Kalau saya prinsipnya bisnis itu untuk menghasilkan uang. Saya itu penganut yang tidak suka membakar uang. Kita harus ada spend di depan dan ke belakangnya harus punya target dan strategi bagaimana usaha ini bisa tumbuh," jelas dia.

Setelah hal-hal tersebut dilakukan manajemen perusahaan harus dilakukan agar hal-hal kecil bisa ditangani dengan baik. Konsisten dalam menjalankan usaha ini juga harus dijaga. Riset juga sangat penting dilakukan, jangan berhenti memikirkan dan menciptakan produk inovatif.

Di Purie Garden 40% produk yang dijual adalah hasil inovasi Ridwan dan tim, sisanya adalah produk biasa. "Karena kita juga punya misi untuk memanfaatkan lingkungan seluas-luasnya. Saya juga memasarkan produk UMKM di daerah sekitar seperti tepung sukun, beras gatot atau makanan tradisional yang kami promosikan dangan packaging yang baik," jelasnya.

Purie Garden juga menjual perlengkapan untuk budidaya ikan di dalam ember untuk melengkapi produk pertanian sayur dan buah-buahan.

CEO Neurafarm perusahaan rintisan teknologi yang bergerak di bidang pertanian Febi Agil Ifdillah menjelaskan saat ini Neurafarm memanfaatkan momentum untuk memperkenalkan starter kit ke masyarakat untuk bertani atau berkebun di rumah.

"Sehingga kita bisa menghargai lagi dari mana datangnya makanannya sehari-hari yang kita konsumsi dan menginsipirasi generasi-generasi penerus pertanian selanjutnya," jelas dia.

Starter kit milik Neurafarm merupakan box yang berisi berbagai macam kebutuhan menanam di rumah termasuk bibit (dapat dipilih dari 16 bibit yang tersedia), pupuk, polybag, media tanam, dan lain sebagainya. Para pembeli juga akan diberikan akses eksklusif ke fitur premium aplikasi Dokter Tania sebagai panduan menanam, bertanya ke agronomis, dan meningkatkan pengetahuan.

Saat ini, paket lengkap kami dimulai dari harga Rp 75 ribu untuk herbal maupun sayuran yang berisi 5 jenis bibit pilihan. Ada juga yang berharga Rp 95 ribu dengan pilihan bibit yang lebih banyak, dan paket Super Lengkap kami di Rp 120 ribu yang berisikan bibit, media tanam, tray semai, dan lainnya yang lebih lengkap. Semua paket tersebut dilengkapi dengan akses ke layanan Dokter Tania Premium untuk panduan menanam.



Simak Video "Dani Arwanto, Sulap Gang Kumuh Jadi Lumbung Pangan"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads