Startup jasa keuangan dan investasi asal Amerika Serikat Robinhood telah menuai keuntungan dari investor milenial yang dominan berinvestasi pasar saham. Robinhood sempat geger karena kasus bunuh diri seorang remaja yang merupakan nasabahnya.
Kini valuasi Robinhood menjadi US$ 11,2 miliar setara Rp 165 triliun (kurs Rp 14.700). Nilai itu meroket tajam dari nilai sebelumnya US$ 8,6 miliar (Rp 126 triliun).
Dikutip dari CNN, Selasa (18/8/2020) kenaikan valuasi startup ini didapat setelah putaran pendanaan yang menghasilkan US$ 200 juta (Rp 2,9 triliun). Robinhood menjadi perusahaan yang membuktikan startup kini kian berkembang meski di tengah krisis pandemi Corona. Pasalnya, para milenial menghabiskan waktu di rumah dengan bermain saham saat lockdown.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awal Mei, Robinhood melaporkan ada 3 juta pengguna baru pada tahun 2020. Sekitar setengah di antaranya adalah investor pemula. Pendapatan perusahaan juga tercatat naik dua kali lipat pada kuartal-I dan kuartal-II 2020.
Dengan kenaikan nilai valuasi Robinhood menyeret harga sahamnya di S&P 500 lebih besar. Sama seperti perusahaan besar lainnya, termasuk Under Armour (UA), perusahaan pertukaran CBOE Global Markets (CBOE), Hasbro (HAS) dan perusahaan kasino Wynn Resorts (WYNN) dan MGM (MGM ).
Robinhood berjanji terus meningkatkan bisnisnya, termasuk mempekerjakan ratusan perwakilan layanan keuangan, menggunakan aliran uang tunai terbaru untuk membangun platformnya dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
"Kami terus berfokus pada penyediaan produk terbaik dan pengalaman pelanggan serta mendemokratisasi keuangan untuk semua," kata salah satu pendiri dan co-CEO Robinhood Vlad Tenev.
Sebelumnya, Anggota parlemen Amerika Serikat (AS) mendesak aplikasi perdagangan Robinhood untuk meningkatkan keamanan. Hal ini karena sempat terjadi insiden bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa berusia 20 tahun karena melihat saldonya negatif hingga US$ 730 ribu.
"Ini seharusnya tidak terjadi," kata anggota parlemen Lauren Underwood kepada CNN Business.
Sebelumnya keluarga mahasiswa pengguna aplikasi perdagangan tersebut menyebut jika anaknya bunuh diri pada 12 Juni karena bingung dengan saldo perdagangannya negatif.
Underwood menilai kejadian ini harus menjadi perhatian serius untuk Robinhood.
(zlf/zlf)