Sejak Maret hingga Juni 2020, Crown terpaksa menghentikan aktivitas game dan operasional lainnya pada kasino di Melbourne dan Perth karena kebijakan pembatasan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus.
Dilansir dari South China Morning Post, Rabu (19/8/2020), kebijakan tersebut menyebabkan laba bersih Crown selama periode Januari-Juni 2020 anjlok, menjadi US$ 57,5 juta atau sekitar Rp 848 miliar (kurs Rp 14.756), dibandingkan tahun lalu yang mencapai US$ 290,7 juta atau sekitar Rp 4,28 triliun. Penurunan drastis dari laba bersih tersebut menyebabkan Crown batal membayar dividen finalnya, menjadi 30 sen per saham tahun lalu.
Padahal, Crown sudah memiliki rencana membuka cabang kasino barunya di Sydney pada akhir tahun 2020 ini, setelah kedua cabangnya di Perth dan Melbourne sukses karena para pelanggan yang berasal dari kalangan orang-orang kaya China.
Namun, tekanan itu belum berakhir. Kini, Crown terpaksa menutup operasionalnya kembali di Melbourne karena lonjakan kasus baru Corona di kota tersebut. Pada akhirnya, pemerintah setempat kembali melakukan pembatasan aktivitas.
Operator kasino terbesar di Negeri Kangguru tersebut pun berupaya bangkit dengan menarik pengunjung domestik. Selain itu, Crown juga menyatakan telah memperoleh dana bantuan dari pemerintah sebesar AU$ 111,3 juta (dolar Australia) atau sekitar Rp 1,19 triliun (kurs Rp 10.699) untuk membantu perusahaan membayar gaji karyawan.
(dna/dna)