Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan dari bulan ke bulan (month to month/mtm) terjadi deflasi 0,05% pada Agustus 2020. Namun secara keseluruhan masih terjadi inflasi sebesar 1,32% jika dilihat secara tahunan (year on year/yoy).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan komoditas yang berkontribusi besar menyumbang inflasi adalah emas dan perhiasan, yang selama Agustus harganya mengalami peningkatan.
"Komoditas paling dominan adalah kenaikan harga emas dan perhiasan yang andilnya 0,12%," kata Suhariyanto dalam video conference, Jakarta, Selasa (1/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, kenaikan harga emas dan perhiasan ini terjadi di 90 kota dan tertinggi di Pangkal Pinang sebesar 31% dan Palangka Raya sebesar 22%.
Kenaikan harga emas juga menyebabkan kelompok pengeluaran khususnya perawatan pribadi dan jasa lainnya menyumbang inflasi tinggi yakni 2,02%. Jika dilihat secara tahun kalender atau periode Januari-Agustus 2020 andil ke inflasinya tinggi sekali.
"Laju inflasi tahun kalender emas dan perhiasan 35,32%," jelasnya.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini mengungkapkan, kenaikan harga emas dan perhiasan juga meningkatkan inflasi inti di Agustus 2020 yang tercatat 0,29%.
"Karena kenaikan harga emas dan perhiasan, uang sekolah SD, SMA, dan perguruan tinggi," ungkapnya.
Baca juga: BPS: Agustus Terjadi Deflasi 0,05% |
Perlu diketahui, BPS mencatat deflasi yang terjadi di Agustus tahun menjadi yang kedua kalinya setelah sebelumnya terjadi di Juli 2020. Dengan begitu deflasi terjadi dua bulan berturut-turut yang masing-masing 0,10% dan 0,05%.
Deflasi yang terjadi dua bulan berturut-turut ini menandakan daya beli masyarakat atau tingkat konsumsi rumah tangga melemah dan butuh waktu lama untuk kembali ke titik normal.
"Catatan deflasi 0,05% karena sisi suplainya lumayan bagus karena itulah harga-harga barang-barang dalam volatile price terjadi penurunan, di sisi lain daya belinya masih butuh waktu ke posisi normal," kata Suhariyanto.
(hek/ara)